Monday, June 15, 2020

Masih tetep suka pementasan wayang..


Wayang kulit, budaya jawa yang hingga kini masih eksis. Sebenarnya wayang kulit adalah satu diantara ribuan wayang yang ada di indonesia. Yang jelas di daerah saya Jogjakarta, wayang kulit menjadi idola dan hiburan rakyat yang ditunggu2. Bahkan dahulu sempat menjadi hiburan satu2nya. Apalagi kalau dalangnya, dalang kondang.. dalang lucu, lakonya bagus. Ribuan penonton  berbondong2 menontonya.

Tak hanya dari sekitaran tempat acara pementasan, bisa dari daerah lain dan luar daerah. Mereka menonton sang dalang beratraksi dengan wayang dan iringan gamelan semalam suntuk. Sekedar untuk menghilangkan penat dan hiburan semata.
Dulu, selalu ada pementasan wayang kulit di Pabrik Gula Madukismo. Untuk menutup serangkaian perayaan,  pembukaan produksi di setiap tahun. Jarak rumah saya dengan pabrik tidak terlalu jauh. 

Dan untuk pertama kalinya saya ketika umur 8 tahun, saya diajak bapak untuk menonton pementasan wayang kulit secara langsung.
Karena sebelumnya, saya dikenalkan bapak dengan wayang kulit hanya lewat radio. Setiap malam, sebelum tidur bapak menyetel wayang, semacam pengantar tidur.  Radionya pun hanya radio murah pada waktu itu.
Semakin lama saya, semakin faham dengan tokoh, dengan penokohanya, dengan alur ceritanya, saya faham betul.

Pada waktu itu, 10 tahun silam. Bapak menawari saya buat nonton wayang tsb. Di Pabrik, karena bapak mendapat undangan buat nnton, karena korelasi kantor bapak dg pabrik.
Malam dingin sekali, tapi cuaca cerah. Pukul 9 malam, saya berangkat, dibonceng bapak dg motor suprafit biru *ngeeeenggggg... nggak sampek 5 menit, sampai pelataran kantor bapak. Disana berkumpul teman sekantor bapak yg tua2, yg juga mau menonton wayang tsb. Saya bener2 kecil sendiri, literally kecil sendiri. *cielahhh,,, literally..

 Waktu itu hati dan perasaan saya menggebu2,  komplikasi antara bungah, ndeso, lugu, dan gumunan  membuatku sulit menata irama jantung pada saat itu. Dingin malam kalah telak dg atmosfer senang dalam hati.

Memaksa aku untuk tetap menunduk karena malu. Masuk ke area penonton undangan. Di bawah tenda, aku bapak dan segenap teman2 bapak duduk di area tersebut. Didepan panggung pementasn wayang. Walau agak jauh dengan sang dalang dan kelir saya cukup antusias dalam menyaksikanya. Menyelesaikan pementasan semalam suntuk.

Suara gamelan yang bertalu2 dengan pengeras suara membuat aku takjub. Juga suara penyinden yang indah nan melankolis membuat aku menganga takjub. Gemerlap lampu dan adeganya membuatku anemia,,, *masa anemina -_-

Menonton pementasan wayang secara LIVE!!!!, hanya satu kata.... Wow!!! Ternyata wayang tidak sekuno dan se-ndeso  yg orang2 bilang.  Malah ini menjadi seperti mahakarya dari sang maestro, gegap gempitanya memukau tak bisa berkata2,,, diam membisu menikmati.

Setelah ceremonial pembukaan pentas, dalang mengomando seuruh awak gamelan dan sinden dengan beberapa ketukan, ajaib.  Pentas wayang kulit dimulai tanpa banyak bicara. Membuat diriku yang masih cilik menganga, terbahak berderai, dan takjub di setiap adegan yang dimainkan sang maestro cerita diatas panggung sana. Inilah yang mencandu aku kecil untuk selalu menodong menuju lokasi pementasan setiap ada, pementasan wayang kulit.

Kesukaan saya itu, berujung saya ingin masuk pedalangan. Tapi, hal tersebut di bantah metah2 oleh simbah saya, ketika meminta izin. Yahh.. apa boleh buat.

Namun, keasyikan saya dan kesukaan saya terhadap dunia pedalangan dan wayang kulit  tidak berhenti disitu, berlanjut hingga sekarang. Dimana ada pementasan wayang saya selalu menyempatkan untuk menonton barang 2 sampai 3 babak.

Seringkali, sebulan sekali saya mneyempatkan datang ke Sasono Hinggil  setiap minggu kedua setiap bulanya. Untuk menyaksikan pementasan wayang kulit. Kali ini saya lebih sering sendiri. Bapak sudah tidak tertarik untuk keluar terlalu larut.
Saya menonton, di kursi penonton. Untuk sedikit hiburan disela2 kepenatan kegiatan dan intermesso pikiran saya.

Ekspresi saya diperkirakan sama disetiap pementasan dimulai, seperti awal saat saya mengenal pertunjukan ini.
Dan lagi saya observasi dari waktu ke waktu, anak seumuran saya hanya saya sendiri, satu dua hanya singgah memotret dan pergi,,,,*dan ini nggak banget!  tidak menikmati setiap alunan gamelan, indahnya suluk sang dalang, setiap adegan epik, dan merdunya suara sinden menyanyikan setiap bait lagu jawa,,,, *asekkk

Dan mungkin wayang di jaman saat ini kalah daya tariknya dengan konser2 dan lainya. Tergerus oleh zaman modern, budaya seperti wayang ini sering dilupakan, dan bahkan dianggap kuno. Padahal bangsa lain sangat mengagumi setiap budaya luhur ini. Kalo bukan kita yang melestarikan, mau... budaya2 ini diakuisisi oleh negaranya tok dalang?  Atau.. dinegara lain???

Bagi saya tetap menarik dan hidup dalam setiap usia. Memberi refleksi kehidupan agar berbudi luhur dan menjunjung tinggi nilai2 kebaikan, dan itu ada pada setiap tokoh wayang. Selalu hidup dalam harmoni, seperti lakon2 dalam wayang yang diakhiri dengan harmonisasi setiap tokohnya berkumpul dan mengucap syukur kepada Sang Hyang Widi. Indah dan penuh makna.





                                                                thx u, and see you next time

No comments:

Post a Comment