Monday, June 22, 2020

Ini belum, berakhir!


 Halo, selamat apapun!

Selamat apapun, buat kalian yang masih tetep sehat dan hidup. Jaga baik2 anugrah tuhan itu. Kehidupan sudah mulai merangkak naik, berkembang. Namun, angka pertumbuhan penderita Covid-19 juga terus meningkat.

Bagi kalian yang udah nganggep ini normal2 banget, ini belum seratus persen normal. Ini bahkan belum mencapai satu persen kenormalan hidup 10 bulan yang lalu. Semuanya serba ribet dan penuh protokol kesehatan.

NEW NORMAL

Saya  anggep sebagai  benua baru di kehidupan saya juga dikehidupan seluruh umat  manusia  awam di muka bumi terutama di Indonesia. Sesuatu yang baru, asing, dan juga belum kenal. Apa sih kui?

Banyak yang mengartikanya dengan gurauan dan kelakar, tersebar di status whatsapp dan Wa grup. New Normal sebenarnya itu adalah istilah lama dalam ekonomi, digunakan ketika bisnis dan ekonomi dunia mengalami resesi global atau kondisi2 kritis keuangan. Sebenarnya istilah ini sudah dipakai ketika dunia sedang mengalami krisis keuangan karena suatu hal. Setelah  beberapa krisis keuangan pada tahun 2007-2008, resesi global tahun 2008-2012 dan pada tahun ini kembali digunakan disaat2 ekonomi global sedang mengalami penurunan dan mungkin sudah masuk ke tahap krisis.

Dan tidak hanya di perekonomian global, disetiap negara yang ekonominya sudah mengalami krisis. Pertumbuhan ekonomi mengalami krisis, pabrik2 sudah mengurangi jumlah produksi, ancaman phk besar2an, pasar saham terjun bebas, dll. Itu dampak yang dirasakan dari krisis tersebut.

Nah,

Hal itu dirasakan pula oleh negara indonesia. Krisis keuangan dan ekonomi atau krisis moneter,mulai menjangkit. Maka dari itu pemerintah Indonesia menggunakan istilah tersebut.. NEW NORMAL   

Kenormalan baru untuk menyelamatkan keuangan dan ekonomi negara agar laju roda perekonomian dalam suatu negara tersebut dapat berjalan kembali dan terlepas dari krisis.

Namun..

Istilah itu mendapat respon yg beragam dari berbagai lapisan. Masyarakat ke-trigger akan kata2 ‘normal’ namun kurang memahami apa makna dibaliknya dan bagaimana bergulirnya hal tersebut.

Banyak terjadi di kota2 besar, bahwa hal ini menjadi sebuah pertanda sudah terlepas dari belenggu ‘dirumah saja’ dan juga covid 19. Dan mereka sudah menganggap saat ini sudah seperti biasa kembali and like  nothing happened. Masyarakat berhamburan keluar, terbebas dari tahanan rumah. Mereka mulai bersepeda, berkerumun, tidak mematuhi protokol kesehatan, nongkrong dan juga beraktifitas seperti biasa.

Yang sedang marak akhir2 ini adalah bersepeda. Di kota saya, hampir setiap hari ada orang bersepeda. Orang2 berlomba membuat sepeda baru, meng-upgrade sepeda lama agar layak pancal!. Setiap pagi, rombongan dari arah selatan ke utara, begitupun sebaliknya. Sore pula ada berpuluh sepeda melintas ramai di jalanan depan rumah saya. Malam pun tak kalah seru, daya tarik keasyikan bersepeda malam hari, membuat hampir tiap malam ramai orang bersepeda. Apalagi malam minggu, atau minggu pagi. Dari pagi hingga tengah malam, setiap 5 meter jalan di kota dipastikan ada pesepeda dan rombongan.

Tren bersepeda kiranya bangkit kembali, banyak orang memanfaatkan libur PSBB ataupun WFH untuk bersepeda, olahraga yang bisa diminati oleh banyak kalangan. Olahraga yg juga bagus untuk memperkuat imun, menjaga daya tahan tubuh, memperlancar metabolisme dalam tubuh, dan terutama menjaga kesehatan di era pandemi ini, terutama sistim imun dan kekebalan tubuh menjadi penting sekali. Maka dari itu untuk menjaganya dengan berolahraga.

Tapi juga mementingkan protokol kesehatan serta aturan2 yang dibuat. Jangan bermaksut untuk memulai olahraga di era NEW NORMAL  malah mengesampingkan aturan kesehatan yg sudah dibuat. Itu mindset yg salah kaprah. Seperti berhenti di sudut2 jalan lalu bergerombol, makan bareng setelah olahraga, atau apapun yang membuat itu jadi suatu kerumunan massa.

Olahraga nya  baik, apapun olahraganya. Tapi tetap menaati protokol kesehatan yang ada. Karena pandemi ini belum benar2 berakhir. New normal bukan untuk gaya hidup dan kembali seperti biasa, namun untuk menjaga stabilitas ekonomi agar terus berjalan dan tak mengalami krisis. Maka dari itu jangan terlalu bereuforia semu ini. Tetap jaga diri.Secukupnya dan dalam porsinya. Berolahraga tidak hanya megikuti tren semata. Namun tetap dalam porsinya.

Juga banyak dari kita yang sudah nongkrong sana sini, melupakan social distancing, nggak pake masker. Hanya mengingatkan ajaaa broww,,,  bahwa pandemi ini belum berakhir. Boleh beraktifitas seperti biasa bila perlu. Selebihnya tetap ‘dirumah saja’. Patuhi protokol kesehatan yg ada.

Menjaga kesehatan juga tak lupa untuk sehat. Karena kenormalan baru ini untuk menjaga stabilitas keuangan dan ekonomi negara. Jangan berlebihan dalam euforia ini. Dan masih dalam rangka pemutusan rantai penyebaran covid-19 #tetapdirumahsaja
Dan sekali lagi, tetap sehat tetap kuat.




                                                          thx, and see you next time!

Monday, June 15, 2020

Masih tetep suka pementasan wayang..


Wayang kulit, budaya jawa yang hingga kini masih eksis. Sebenarnya wayang kulit adalah satu diantara ribuan wayang yang ada di indonesia. Yang jelas di daerah saya Jogjakarta, wayang kulit menjadi idola dan hiburan rakyat yang ditunggu2. Bahkan dahulu sempat menjadi hiburan satu2nya. Apalagi kalau dalangnya, dalang kondang.. dalang lucu, lakonya bagus. Ribuan penonton  berbondong2 menontonya.

Tak hanya dari sekitaran tempat acara pementasan, bisa dari daerah lain dan luar daerah. Mereka menonton sang dalang beratraksi dengan wayang dan iringan gamelan semalam suntuk. Sekedar untuk menghilangkan penat dan hiburan semata.
Dulu, selalu ada pementasan wayang kulit di Pabrik Gula Madukismo. Untuk menutup serangkaian perayaan,  pembukaan produksi di setiap tahun. Jarak rumah saya dengan pabrik tidak terlalu jauh. 

Dan untuk pertama kalinya saya ketika umur 8 tahun, saya diajak bapak untuk menonton pementasan wayang kulit secara langsung.
Karena sebelumnya, saya dikenalkan bapak dengan wayang kulit hanya lewat radio. Setiap malam, sebelum tidur bapak menyetel wayang, semacam pengantar tidur.  Radionya pun hanya radio murah pada waktu itu.
Semakin lama saya, semakin faham dengan tokoh, dengan penokohanya, dengan alur ceritanya, saya faham betul.

Pada waktu itu, 10 tahun silam. Bapak menawari saya buat nonton wayang tsb. Di Pabrik, karena bapak mendapat undangan buat nnton, karena korelasi kantor bapak dg pabrik.
Malam dingin sekali, tapi cuaca cerah. Pukul 9 malam, saya berangkat, dibonceng bapak dg motor suprafit biru *ngeeeenggggg... nggak sampek 5 menit, sampai pelataran kantor bapak. Disana berkumpul teman sekantor bapak yg tua2, yg juga mau menonton wayang tsb. Saya bener2 kecil sendiri, literally kecil sendiri. *cielahhh,,, literally..

 Waktu itu hati dan perasaan saya menggebu2,  komplikasi antara bungah, ndeso, lugu, dan gumunan  membuatku sulit menata irama jantung pada saat itu. Dingin malam kalah telak dg atmosfer senang dalam hati.

Memaksa aku untuk tetap menunduk karena malu. Masuk ke area penonton undangan. Di bawah tenda, aku bapak dan segenap teman2 bapak duduk di area tersebut. Didepan panggung pementasn wayang. Walau agak jauh dengan sang dalang dan kelir saya cukup antusias dalam menyaksikanya. Menyelesaikan pementasan semalam suntuk.

Suara gamelan yang bertalu2 dengan pengeras suara membuat aku takjub. Juga suara penyinden yang indah nan melankolis membuat aku menganga takjub. Gemerlap lampu dan adeganya membuatku anemia,,, *masa anemina -_-

Menonton pementasan wayang secara LIVE!!!!, hanya satu kata.... Wow!!! Ternyata wayang tidak sekuno dan se-ndeso  yg orang2 bilang.  Malah ini menjadi seperti mahakarya dari sang maestro, gegap gempitanya memukau tak bisa berkata2,,, diam membisu menikmati.

Setelah ceremonial pembukaan pentas, dalang mengomando seuruh awak gamelan dan sinden dengan beberapa ketukan, ajaib.  Pentas wayang kulit dimulai tanpa banyak bicara. Membuat diriku yang masih cilik menganga, terbahak berderai, dan takjub di setiap adegan yang dimainkan sang maestro cerita diatas panggung sana. Inilah yang mencandu aku kecil untuk selalu menodong menuju lokasi pementasan setiap ada, pementasan wayang kulit.

Kesukaan saya itu, berujung saya ingin masuk pedalangan. Tapi, hal tersebut di bantah metah2 oleh simbah saya, ketika meminta izin. Yahh.. apa boleh buat.

Namun, keasyikan saya dan kesukaan saya terhadap dunia pedalangan dan wayang kulit  tidak berhenti disitu, berlanjut hingga sekarang. Dimana ada pementasan wayang saya selalu menyempatkan untuk menonton barang 2 sampai 3 babak.

Seringkali, sebulan sekali saya mneyempatkan datang ke Sasono Hinggil  setiap minggu kedua setiap bulanya. Untuk menyaksikan pementasan wayang kulit. Kali ini saya lebih sering sendiri. Bapak sudah tidak tertarik untuk keluar terlalu larut.
Saya menonton, di kursi penonton. Untuk sedikit hiburan disela2 kepenatan kegiatan dan intermesso pikiran saya.

Ekspresi saya diperkirakan sama disetiap pementasan dimulai, seperti awal saat saya mengenal pertunjukan ini.
Dan lagi saya observasi dari waktu ke waktu, anak seumuran saya hanya saya sendiri, satu dua hanya singgah memotret dan pergi,,,,*dan ini nggak banget!  tidak menikmati setiap alunan gamelan, indahnya suluk sang dalang, setiap adegan epik, dan merdunya suara sinden menyanyikan setiap bait lagu jawa,,,, *asekkk

Dan mungkin wayang di jaman saat ini kalah daya tariknya dengan konser2 dan lainya. Tergerus oleh zaman modern, budaya seperti wayang ini sering dilupakan, dan bahkan dianggap kuno. Padahal bangsa lain sangat mengagumi setiap budaya luhur ini. Kalo bukan kita yang melestarikan, mau... budaya2 ini diakuisisi oleh negaranya tok dalang?  Atau.. dinegara lain???

Bagi saya tetap menarik dan hidup dalam setiap usia. Memberi refleksi kehidupan agar berbudi luhur dan menjunjung tinggi nilai2 kebaikan, dan itu ada pada setiap tokoh wayang. Selalu hidup dalam harmoni, seperti lakon2 dalam wayang yang diakhiri dengan harmonisasi setiap tokohnya berkumpul dan mengucap syukur kepada Sang Hyang Widi. Indah dan penuh makna.





                                                                thx u, and see you next time

Wednesday, June 3, 2020

Barang barang lawas, yang masih eksis


Halo semuanya,

Sudah seminggu lebih opor dan rendang memberatkan tubuh saya*hadehhhh. Efek gaada yg berkunjung kerumah semua makanan yg dimasak ibu harus dihabiskan, dan itu tanggung jawab semuanya. Tapi fakta lapangan entah saya kesurupan apa, makanan itu habis oleh saya sendiri*mati kekenyangan. Oke itu lebay..

Beberapa waktu lalu, saya beli radio tape. Radio tape.. yaa radio tape  buat muter kaset pita, memang barang jadul dan antik itu saya beli. Memenuhi hasrat ke-BMan saya. Itung2 juga ngabisin duit THR— walopun saya ngga ada yg ngasih duit. HEUHEUHEU

Ngomongin barang kuno dan jadul, nggak lepas dari masa lalu.. iya masa lalu*nangis di tengah ujan badai 😖 . Masa kecil kita yg dulu 90an hingga awal 2000an tak lepas dari barang tersebut, barang yg di zaman modern ini disebut barang jadul dan antik. Yahh.. walaupun jadul tapi barang2 itu kembali eksis beberapa tahun terakhir. Digandrungi dari muda tua, segala usia. Beberapa juga diperjualbelikan dg harga fantastis, semakin tua semakin mahal. Begitu kiranya..

Apa aja barang jadul yg kembali eksis itu?

1.       Kamera Analog
Kamera analog atau sering disebut dengan kamera film. Ini salah satu barang yang banyak dijualbelikan di olshop2 instagram. Bentuknya yg unik, beda dg kamera digital. Juga proses dan kesan fotografinya beda dg kamera konvensional. Setelah menjepret kita tak bisa langsung menengok gambarnya harus ngabisin satu rol film dulu, abis itu hasil nya di cuci dan dicetak/scan saja di lab film. Menunggu hasilnya pun nggak langsung jadi, bisa berjam2 hingga berhari2. Hasil fotonya pun berbeda dg kamera digital, feelnya dan tone warnanya beda. Lebih ribet dalam proses fotografinya, tapi memang disitulah bagian nagihnya. Harga kameranya pun cukup aman dikantong tergantung keantikan dan fitur yg dimiliki si kamera. Biasanya sih, bapak kita punya tuh kamera yg disimpen dari jaman muda.Coba tanyaa.. siapa tahu nemu harta karun.
Mulai dari 100rban hingga berjuta2.. ada baiknya sih kalau lagi coba2 beli kamera pocket yg murah2 tak terlalu berbeda dg kamera yg lebih mahal. Karena perlu penyesuaian juga dalam pemakaianya, apalagi pemindahan dari digital ke analog.


2.       Motor Tua
Motor tua banyak nih, di setiap kota bahkan ada komunitasnya. Dan hampir semua jenis motor tua ini ada komunitasnya atau semacam forumnya gitu, buat mereka saling sharing tentang motor tsb atau sekedar kopdar. Masih sangat banyak yang punya, seperti seperti Motor tua milik bapak milik saya  atau sekedar membeli dan mengoleksi karya klasik jaman dulu itu. Dan juga menjadi obat untuk motor2 keluaran terbaru yg desainnya semakin tidak karuan dan aneh2. Motor tua ini seperti penawar dan pembeda dijalan raya. Sekaligus nostalgia masa kecil dulu, sambil menikmati matahari sore. Harganya juga beberapa aman di kantong tergantung kondisi si motor, tahun keluaranya dan juga kelengkapannya surat2nya. Mulai dari 5jtan hingga berjuta2.


3.       Piringan Hitam dan Gramofon
Bagi yg masa mudanya hipster pasti nggak bisa lepas dg rilisan fisik yg satu ini. Piringan hitam ini berbentuk bulat, seperti CD*bukan celana dalam, tapi lebih besar berwarna hitam. Tapi diameternya lebih besar yaitu 40cm. Tapi juga membutuhkan juga turntable (pemutar piringan hitam) atau gramofon untuk memainkan piringan hitam tersebut, nggak mungkin dong muter piringan hitam pake kompor, pasti butuh pemuternya. Dan biasanya orang lebih dulu dan membeli turntablenya dahulu sebelum membeli dan mengoleksi piringan hitam itu*yakali punya kaset gaada pemuternya.
Untuk harganya piringan hitam sendiri 300ribuan sampe 5jtan tergantung kelangkaan barang dan popularitas band atau penyanyinya. Buat gramofonya sendiri harganya kisaran 500rban hingga 4jutaan, tergantung kondisi.

4.       Kaset Pita
Kaset pita ini dulu ngetrend banget pada jamannya. Tiap kawula muda pasti punya kaset pita band kesayangannya— kawula muda dulu ya bapak2 muda sekarang, yang baru berusia 30anlah. kayak di film guardian of the galaxy, si Star Lord nyetel musik pake kaset pita sama walkman dibawah itu, pas mau ngambil Power Stone  sebelum kemudian jatuh ke tangan Ronan The Acuser.

Syaratnya sih harus punya tapedeck untuk muter kaset pita ini. Salah satu rilisan fisik dari para musisi yang harganya jaman dulu bisa terjangkau oleh kantong para pelajar ya ini. Satu2nya cara buat dengerin musik sendiri dirumah ya dengan kaset pita ini. Dulu kalo beli itu di pasar malem atau toko kaset kalo nggak pas rilis dan beli ditempat perilisan. Kalo jaman sekarang kaset pita mulai booming kembali, dijual di olshop2 instagram atau di pameran2 musik klasik. Harganya kisaran 20rb sampai hingga jutaan. Tergantung kelangkaan dan popularitas musisi atau band-nya.

5.       Walkman 
Walkman adalah perangkat pemutar musik portable, yang bisa dibawa kemana2. Dengan kekuatan 2 batre AA untuk memutar kaset pita. Walkman ini booming pada tahun 80an*udah tua tapi belom menikah,cie. Ya di era itu Sony mengeluarkan si walkman ini buat orang agar bisa ngedengerin musik lebih pribadi dan bisa dibawa kemana2. Sony ngebuat persperktif dan cara baru orang buat bisa ngederin musik. Bisa sambil olahraga, jalan2, diperjalanan, dll.  Dan menggunakan headphone dan ngetrend pada waktu itu. Era walkman mungkin sedikit memudar dg perkembangan Mp3 tapi, beberapa tahun terakhir si walkman ini kembali eksis. Bersinergi dg kaset pita diatas.
Untuk harga nya si walkman ini kisaran 100rb hingga 1jutaan. Tergantung kondisi dan kelangkaan barangnya juga.

6.       Mobil antik/klasik
Yang klasik ga pernah mati, kata itu mungkin cocok bagi pecinta mobil klasik itu. Pasal dari dulu eksistensi mobil klasik selalu memenuhi pasar. Seperti motor tadi, mobil klasik ini juga memiliki komunitas dan forum2. Bagi yang benar2 cinta dg mobil klasik ini, berapapun harganya diangkut juga.  Umumnya kecintaan mereka kepada mobil ini dari modelnya dan juga bahannya atau materialnya yang lebih kuat dibanding mobil2 keluaran terbaru.
Untuk harga, saya tak usah bicara banyak, anda juga pasti tau sendiri. :D

7.       Radio tape 
Radio tape ini adalah pemutar radio dan juga tapedeck keluar sebelum si walkman tadi keluar.zaman dahulu biasanya radiotape hanya dimiliki oleh satu orang disetiap dusun atau kampung, biasanya petinggi desa atau orang kaya di desa. Orang biasa berbondong2 datang ke tempat pemutaran radio. Hanya untuk mendengarkan berita dari ibukota dan hanya memiliki satu frekuensi saja. Zaman dulu radio adalah satu2nya media informasi digital yang ada. Kalau ada acara besar, Tape nya memutar kaset pitanya untuk meriuhkan suasana.
Tak usah ditanya, sedari dulu eksis hingga sekarang. ditengah modernitas radio selalu enak didengar ketika hati sedang sendu.

Nah itulah beberapa barang jadul yg eksis kembali di zaman sekarang. Memang semua harganya tergantung karena kondisi dan kelangkaan. Karena barang lama dan pasti banyak peminatnya. Rata2 begitu. Dan mungkin kalian tertarik dg barang jadul, siap2 keracunan kalo udah sekali beli. Siapin kantong lebih ya..

Oke that’s all for today teman2. I’il see you next time.