Memang saat ini ngedengerin musik paling mudah adalah make
handphone atau sekedar mp3 player tinggal plug
and play. Tapi pernah gak sih kalian, generasi z makai atau sekedar
mengenal pemutar musik portable bernama Walkman. Karena saya penasaran dengan
benda tersebut saya mencoba perangkat tersebut, sudah mulai ketinggalan zaman
sih, saat ini. Tapi bodo amatlah.
Berawal dari keisengan jalan-jalan ke Pasar Senthir
Jogjakarta, saya akhirnya nemu sebuah pemutar musik portable itu tadi. Walkman,
memang terdengar asing bagi beberapa generasi zaman now karena memang walkman
ini identik dengan generasi zaman old di tahun 80-90an, dimana itu adalah
satu-satunya cara ngedengerin musik hasil sang karya sang musisi. Setelah menawar
dan menimbang-nimbang keputusan, terbelilah sebuah walkman dengan harga 150
ribuan
Mulai dari situlah perjalanan dunia perkaset pitanan dan
perwalkmanan saya dimulai, saya mulai kalap membeli kaset dan
aksesoris-aksesoris lainnya. Terlepas dari niat awal saya yaitu iseng, saya
pengen ngrasain gimana susahnya dan suka dukanya orang jaman dulu ngedengerin
musik, yang tentunya nggak segampang di era digital seperti sekarang ini. Tapi malah
ketagihan ngedengerin lagu-lagu pake walkman ini.
Saya pun berpindah halauan dari penikmat mp3 menjadi penikmat
rilisan fisik saat ini. Walkman mengubah cara saya mendengarkan musik, sedikit mulai
ada perasaan gundah gulana saat alat itu mengalami troble. Sayangnya, karena
saya membeli barang yang umurnya mungkin lebih tua dari saya. Maka untuk
perbandingan waras dan tidaknya lebih banyak tidaknya. Dan saya tidak kaget.
Tapi jangan salah walaupun terlihat ketinggalan zaman,
ngedengerin musik pake walkman dan kaset pita punya beberapa kelebihan yang
nggak bakal ditemuin di pemutar musik lain. Nah berikut, adalah rangkaian pengalaman
saya, sebagai generasi z selama medengarkan musik ala jaman old ini.
Suara yang lebih enak
Suara yang dihasilkan oleh kaset pita yang diputar di
walkman lebih enak didengerin daripada, format mp3. Jelas lebih enak, kaset ini
hasil rekaman sang musisi langsung. Kadang emang suaranya sering tumpul dan gak
jelas, tapi dengan kita ngebersihin head tapenya otomatis suara langsung jreenggg kembali.
Juga perpaduan bass dan treblenya pas. Tidak terlalu tinggi
ataupun rendah di satu sisi, ngebuat betah muter kaset ini. Apalagi kalo pas
ngedengerin lagunya om Chrisye ‘Pergilah Kasih’ makin melankolis dan kadang
marai kelingan mbak e, huhuhu.. Ehh!
Boros batre
Saya nggak bisa ngebayangin gimana susahnya, wong mbiyen kalo nyetel musik pake
walkman pasti gonta ganti batre saking
borosnya atau kerjaanya njemur batre yang udah abis. Karena menurut pengalaman
saya make walkman ini, batre ABC yang 2 ribuan hanya bertahan beberapa lagu
saja. Dulu pasti juga ngrasain gitu, lhawong jaman dulu belum ada yang namanya
batre lithium. Baru dengerin merdunya suaranya mas duta tiba-tiba suara melorot
dan mati, kan bikin zebel sekaligus nggonduk..
Tapi dijaman serba modern ini tinggal beli batre cas
sekaligus casnya, udah bisa buat dengerin lagu all day long, mulai dari merdunya suaranya mas duta sampe dibuat mual
karena headbang sama lagu-lagunya
metallica. Tapi jaman dulu gimana susahnya ya? Bayangin aja dulu.
Ada artcover sang
musisi
Kaset tanpa artcover sama seperti sego kucing ilang karet e,
ambyar. Yo oralah. Setiap rilisan fisik pasti disertai artcover. Artcover adalah
artwork yang terdapat di dalam cover kaset tersebut. Jadi selain mendengarkan lagu-lagu sang musisi, sekaligus menikmati
karya sang musisi dengan melihat artwork yang sudah dikemas.
Di dalem artcover ini juga tertulis pesan dan doa-doa dari
sang musisi atau “say thanks” dari
musisi idola seolah menjadi “a mighty
pleasure” secara audiovisual. Yang pasti
artcover ini tak tersedia di mp3 atau rilisan digital, hanya di rilisan fisik
sahaja.
Artcover itu macam-macam, ya.. namanya juga art mulai dari
gambaran anak kecil dalam album ‘The Cure’ hingga artwork kontroversial dari ‘Megadeth’
di album “Youthanasia” (1994) yang menampilkan sesosok wanita tua yang sedang
menggantung puluhan bayi di jemuran. Keren.
Seperti datang ke
konser sang musisi
Ketika lagu pertama pindah ke lagu kedua pas dengerin
peterpan, seolah Ariel bilang “kalian semua luarrr, biasaaa...” ya ga gitu juga
sih, tapi euforia mendengarkan kaset ini persis ketika kita menghadiri konser
sang musisi. Dimana kita menikmati setiap bait lirik lagu, alunan musik, dan
juga yang paling berkesan adalah penantian dari lagu sebelumnya ke lagu favorit kita yang kita tunggu-tunggu
tanpa harus men-skip lagu.
Menanti sabar menikmati setiap daftar lagu sang musisi dari
awal sampai akhir, hingga lagu yang kita tunggu-tunggu terputar. Rasanya akan berbeda, pecah! Apalagi
diputar dalam radiotape dan di perdengarkan beramai-ramai, dah serasa konser
banget tuh. Tinggal teriak “airrr.. airr.. airrr..” sambil mangap-mangap!
Sekarang penikmat musik dengan seenak jidat men-skip lagu
yang tidak disukai menuju lagu favoritnya. Esensi dari menikmati kaset pita
yang tidak bisa ditemukan saat ini ya itu, ketika ngedengerin musik lagu yang kita tunggu-tunggu akhirnya
terdengar di telinga , rasanya akan berbeda karena kita butuh waktu yang cukup
lama untuk mencapai lagu tersebut.
Disitulah esensi menikmati karya sang musisi sampai klimaks.
Bisa buat mixtape
sendiri
Masih ingat dengan star-lord? Salah satu penjaga kedamaian antar galaksi,
dalam film “Guardians of the Galaxy”. Pas
dia mau ngambil power stone di Planet
Morag, dia muter tuh walkman di pinggangnya berpadu dengan headphone di telinganya. Nah, dia nyetel kaset mixtapenya sendiri
yaitu ‘awesome mix vol.1’ dan ‘awesome mix vol.2’ yang isinya
macem-macem.
Mixtape sendiri adalah kegiatan merekam ulang kaset pita
yang dilakukan untuk mendapatkan lagu pilihan kesukaan kita dalam satu tape,
yah.. semacam playlist lagu-lagu favorit. Biasanya generasi jaman old make cara
ini buat mbribik atau menyatakan perasaan lewat mixtape yang related dengan perasaannya. Kayak pas
Galih ngungkapin perasaanya ke Ratna di film AADC, melalui media mixtape
romantis inilah si Ratna klepek-klepek dan nerima Galih. Co suitttttt,.
Tapi sebelum bikin mixtape romantis, inget! Cari gebetan
dulu ye.. xixixi,
Hunting Kaset
Ini adalah salah satu ritual paling sakral dalam sekte
pemuja rilisan fisik. Karena stok kaset pita baru sudah sulit ditemui maka
pecinta rilisan fisik seperti saya ini wajib ain untuk hunting kaset album sang
musisi idola. Terutama jika musisi jaman old yang sudah jarang mengemas
karyanya lewat album, bakalan lebih susah ditemui.
Hunting ini bisa dilakukan dimana saja mulai dari di pasar
loak, pasar tradisional, membeli dari sesama kolektor dengan harga aman
dikantong, atau opsi terakhir adalah hunting dirumah sendiri, karena pasti
jaman dulu bapak atau ibu kita juga punya koleksi kaset tape ini. Tinggal cari
tuh barang, siapa tau nemu harta karun yang menjadi simpenan BoNyok.
Yang jelas, menurut saya ngedengerin lagu pake media apapun
sah-sah saja. Selama juga tidak membajak dan menikmati duplikasi karya sang
musisi. Karena sebuah karya itu akan sampai pesan dan maknya jika terjaga
orisinalitasnya. Berhubung kopi saya sudah tinggal abis saya cukupkan sampai
disini, semoga bisa menjadi referensi bagi kaum milenial dalam menikmati
hari-hari dengan karya sang musisi tercinta.
No comments:
Post a Comment