Thursday, May 2, 2019

Artikel Patah Hati Hasil Karya Gabut #1


Kali ini saya sendiri menulis sebuah artikel yang saya tulis ketika saya patah hati dan ini merupakkan karya saya yang pertama, dan kemungkinan akan ada part part selanjutnya yang akan menyusul setelah artikel ini terpublikasikan,  oke tanpa banyak bicara lagi. langsung sajaaaa cekidottttttt,,,,,

 After The Rain

26 Februari 2019.
sepulang POR Pelajar aku berbincang denganmu. Didepan kelasmu duduk di kursi kayu, pukul 2 siang. Sebelumnya kau menagihku danus event, lewat jajak pribadi dengan nomor whatsappku kala itu.
 Bisa dibilang aku sudah lama mengenalmu, namun perbincangan kau dan aku siang itu bisa begitu klop. Sesekali kau tertawa kecil aku pun tertawa , menanggapi celetuk2an anehmu.
Selepas itu, aku dan kau semakin dekat ada saja yang dibicarakan, selalu nama mu berada pada jajaran paling atas dalam whatsapp ku. Sebelumnya tak pernah kubayangkan aku bisa sedekat ini denganmu, aku tidak menyangka wanita secantik kau mau aku ajak berbincang di ruang whatsapp hingga larut malam. Aku tak menyangka.
3 Maret 2019,
Studi wisata ke Pulau Bali, aku duduk di depan kursi nomor dua bagian kanan. Dan kau dibelakang deretan kiri nomor lima. Merasa bahagia bisa satu bis denganmu, kau tak banyak bicara waktu itu. Aku canggung dan kamu pemalu, tidak ada yang tahu kedekatan kita waktu itu. Hanya aku kau dan beberapa temanmu.
Pulau Dewata itu memberikkan kenangan khusus bagiku, entah denganmu?  
4 Maret 2019,
Setelah seharian berwisata. Pukul 9 waktu Bali, 4 bis dari Jogjakarta tiba di penginapan di daerah Gianyar. Semua capek, tak ada satupun peserta studi wisata yang tidak lelah waktu itu. Pembagian kamar, dan check in. Istirahat sebentar seraya memulai lagi perbincanganku dan kau di ruang chat. Aku menanyakkan kabarmu dan kau pun sebaliknya.
Sehabis mandi, dan kau juga. Aku mengajakmu bicara lewat telepon, kau tampak malu malu. 38 menit berbincang, kala itu ku isi malamku dengan suaramu. Bersama kesunyian malam di Pulau Dewata.
Aku lapar, malam itu dan aku tau kau membawa banyak makanan dari Jawa. Meminta satu bukan masalah, pukul 10.12 aku turun ke kamarmu. Memang aku dilantai dua dan kau dilantai satu. Setelah melewati lorong kamar yang sudah sepi malam itu, hanya terlihat 1-2 sejoli yang masih terlihat beraktivitas di luar kamar saat itu.
Dua bungkus makanan ringan kau sodorkan kepadakku , di depan pintu kamarmu. Sedang kau hanya bercelana pendek dan memakai hoodie , dengan kupluk di pasangkan di kepalamu. Memang Bali waktu itu cukup dingin. Aku pun merasa kedinginan saat itu.
Aku merasa bahagia saat setelah menerima makanan darimu. Di kamar aku , membuka whatsapp untuk kembali berbincang denganmu.
“aku tidur dulu ya do..” WA darimu , saat kau berpamitan untuk tidur malam itu.

5 Maret 2019,
Pagi di Bali, suasana yang jelas berbeda dengan di Jogjakarta. Langit gelap Bali waktu itu menyapakku bersahabat. Sedikit rasa kantuk menyertaiku, kulihat ponselku pukul 5.27 WIT. Pagi itu hal yang pertama kali aku lakukkan adalah menyapamu. Aku rasa sejak pertama kali dekat, menyapamu di pagi hari sudah menjadi kebiasaanku, walaupun seringkali kau mengabaikannya.
Aktivitas wisata hari keduapun dimulai, kau tak pernah sendirian kemanapun. Selalu ada temanmu dibelakangmu atau didekatmu,ckkk!.
Sehari penuh menikmati pulau Bali, terakhir Garuda Wisnu Kencana. Pelataran yang sangat luas perpaduan antara sinkronisasi budaya dan alam di Pulau Bali. Setelah sebelumnya aku mengajakmu berfoto, dan kau mengiyakannya. Mencari momen yang pas dan spot yang tepat.
Untung saja, temanmu mau memfoto kau dan aku. Tiba saat aku dan kau berfoto, aku tidak  mengira akan bisa sedekat itu denganmu. Rasa rasanya tidak mungkin bagiku. Setelah berfoto aku putuskan untuk kembali bersama teman temanku.
09.58 waktu Bali , rombongan tiba di hotel. Aku capek, kau capek, seisi kamar hotel gaduh dengan celotehan kelelahan. Ada yang memutuskan untuk berjalan jalan keluar hotel, menghabiskan malam di Bali, ada yang langsung tidur kala itu. Tetapi aku memutuskan untuk menikmati malam itu di hotel saja, keriuhan tadi sewaktu berwisata, membuatku penat. Aku membutuhkan ketenangan untuk sekali waktu menghilangkan semua beban pikiran yang ada dibenakku.
“thringgg...” nada pesan dari handphoneku berbunyi. Kau membalas pesanku, bertukar cerita tentang perjalanan di Bali, yang terasa asyik. Sesekali aku menelponmu untuk berbincang lebih dekat denganmu.
Waktu menunjukkan dini hari, beberapa sudah istirahat. Namun tidak sedikit yang tidak tidur malam itu. Mengukir kenangan dengan sahabat dan kawan2 lain. Kau belum tidur, pintakku kala itu bertemu denganmu di depan kamar hotelmu.
Aku duduk disamping mu diantara meja , depan kamar hotel. Sembari menunggu pesanan makananan cepat saji yang kau pesan dari ojek online, yang masih aktif hingga dini hari. Sama seperti malam yang kemarin, dini hari di bali saat itu seperti memberi kenyamanan dan kenangan tersendiri. Apalagi saat aku dapat sedekat maghrib dan isya’ denganmu.
                Tak ada yang spesial malam itu, melainkan berbincang denganmu langsung malam itu. Terlintas celotehan bodohku yang sering mengundang tawamu, seperti menertawakkan hal lucu yang terjadi pada malam itu. Entah kenapa aku berani saja berdua denganmu saat itu, setelah sebelumnya aku begitu canggung denganmu. Aku pikir, persetan! dengan orang lain.
                Pesananmu tiba. Kau suguhkan, sekotak kentang goreng untuk menemani obrolan kita saat itu, pukul 02.45 kau menyuruhku sholat isya. Karena sedari tadi aku belum sempat shalat. Aku kembali ke kamar.
                Setelah sesaat kau berpamitan untuk tidur, aku masih tetap terjaga malam itu dengan perasaan yang, tidak dapat aku gambarkan.
                4 Maret 2019
                Pagi pagi buta,  suara mesin bus yang dipanasi sudah mengganggu tidurku. Rasa rasanya aku baru saja kupejamkan mata ini. Lalu kupaksakkan membuka mata ku dan menahan dingin dari guyuran shower.
                07.13 WIT kami meninggalkan hotel untuk berangkat ke pelabuhan Gilimanuk. Kuposisikan badanku senyaman mungkin. Kucoba pejamkan mata ini tapi tak bisa.
                Pelabuhan tampak sangat penuh , karena esok hari bertepatan hari raya Nyepi, dengan artian semua kegiatan penyeberangan dihentikkan dan semua kegiatan di Bali dihentikan selama 24jam.
                Perjalanan laut ditempuh kurang lebih sekitar 1jam perjalanan. Keluar dari pelabuhan Ketapang. Rombongan berhenti di salah satu resto, di daerah dekat dengan pelabuhan.
                Langit mendung menemani laju bus kami dijalan Anyer-Panarukan,  tak lama hujan turun cukup deras sore itu. Sesaat, sebelum bis kami berhenti di minimarket. Karena ada beberapa siswa ingin buang air.
                Sebetulnya, aku ingin sekali duduk disampingmu. Dan tiba tiba saja tempat duduk disebelahmu kosong dan, temanmu tidak kembali ke sana. Kupikir mungkin ini kesempatanku. Bisa duduk bersebelahan berdua, bersama mu hingga ke Yogyakarta.
                Malam tiba, bis yang tadi nya ramai menjadi sunyi. Semua terlelap, bersahabat dengan dinginnya suasana malam itu.
                Entah apa yang sedang aku rasakkan saat itu, perasaanku cmpur aduk tidak karuan. Waktu menunjukkan tengah malam, dan aku masih saja terjaga. Begitu pula kau.
                Tak lama, aku sudah ngantuk sekali. Kusandarkan kepalaku di pundakmu. Sehati! kau juga menyandarkan kepalamu di atas kepala ku. Entah, mungkin itu terdengar sedikit aneh dan biasa saja. Tetapi saat itu aku merasa sangat bahagia.
                05 Maret 2019
                Kumandang adzan shubuh , terdengar ketika memasukki wilayah Jogjakarta. Kau sudah terbangun sedari tadi. Lainnya juga, suasana bis agak riuh, seperti kemarin sore.
                Bus melambat ketika sampai daerah Prambanan. Bis kami memutuskan untuk, berhenti di masjid, di sebelah selatan Candi Prambanan. Kau berjalan sejajar denganku, melangkah menuju masjid, lalu melakukkan shalat subuh. Tidak banyak yang turun pagi itu. Sebagian besar, masih terlelap.
                Usai shalat shubuh, aku kembali ke bis lebih dulu. Dan kau menyusul dibelakangku, lagi lagi bersama temanmu.
                Aku menyuruhmu untuk mengabari orang tuamu. Agar bisa dijemput tepat waktu. Tepat saat fajar menyingsing dari timur malu malu, karena mendung langit mengalahkan sinarnya. Bus sampai di depan sekolah.
Kau berpamitan denganku, untuk pulang lebih dulu. Aku sudah sampai rumah saat itu. Karena bisa dibilang rumahku sangat dekat dengan sekolah, cukup jalan 5 menit sudah sampai di rumahku.
Aku tak tahu pasti, tetapi setelah kepulanganku dari pulau dewata aku dan kau semakin dekat. Aku rasa sih.. begitu entah dengan kau?ahh.. dasar aku! Sokpede.
Waktu terus berlalu, aku semakin dekat dengan kau. Sampai suatu hari, di mana di titik itu aku takut bila kau jatuh hati atau dibuat nyaman oleh orang selain aku. Tak tau apa yang harus aku lakukkan pada posisi ini. Saat ini mungkin aku dan kau hanya sebatas teman saja, yang selalu menanyakkan kabar, dan saling menyapa di pagi hari, tidak lebih.



Mungkin itu dulu sobb,, cerita lanjutannya ditunggu saja esokkk insyallah bakalan ada part 2 nya, sekian dari sayaaaaa wassalamuallaikum wrwb.

No comments:

Post a Comment