Pukul tiga dini hari waktu Meksiko,
Waktu penyerangan hampir tiba, aku dan Mansis menunggui komando dari letnan Ponco atas perintah penyerangan di salah satu gudang
kontainer, stasiun kereta api di perbatasan Meksiko – Amerika Serikat.
Kami akan menyerang salah satu buronan
di berbagai negara, yang melarikan diri ke daerah perbatasan Amerika Selatan,
ini merupakan komando langsung dari RI (Rivited Intelegent) salah satu badan intelejen swasta dan independen
dengan level kerahasiaan yang tinggi, tanpa kepentingan birokrasi yang
menurunkan integritas organisasi mata mata pemerintah. Aku dan Mansis adalah
agen dipilih untuk menangani kasus ini , penyelesai masalah dan penyergapan
tingkat tinggi.
Aku memandangi Mansis, masih terlihat
15 menit lagi di arlojiku. Wajah wajah tegang terpancar dan mulai terlihat.
Setelah briefing dan menentukkan cara terbaik aku dan Mansis tak banyak
bicara. Tidak ada yang tertarik bicara dalam situasi seperti ini.
Suasana di dalam sedan hitam yang aku
tunggangi dengan Mansis menjadi lengang, berbeda dengan seberang jalan yaitu
markas dari kartel narkoba, yang sudah kami intai sejak lama.
Sangat ramai sekali, mereka seperti
sedang melakukan pesta kedatangan El Pacho, ia adalah pemimpin dari Milanoa Cartel kartel narkoba terbesar
yang menguasai perdagangan narkoba di seluruh Amerika Selatan. Al Poso
terkenal sebagai bandit, perewa, dan bos kartel terkejam di Meksiko.
Melihat arlojiku waktu terlihat kurang
dari 10 menit “Mansis.. aku akan bergegas!”
“ baik, Agam aku sudah menerima telepon
dari letnan Don, dan semua kupastikan sudah dalam kendali, peralatan
komunikasi, alat tempur, persenjataan otomatis, hingga rudal jarak jauh sudah
siap digunakan” ucap rambang, dengan tegas.
“Baik aku akan masuk ke dalam, dan kau
akan beraksi di sini. Aku percaya padamu Mansis, kau ahli dalam bidang ini.
Kita akan bekerja sama dalam misi ini, ” ucapku sembari, bersiap – siap.
“Prontoo! Agam, Hancurkan dan habisi
semua berandalan yang ada di dalam sana”
“Check, Agam!”
“Check, Mansis!”
Aku memakai setelan jas yang sudah
dimutakhirkan anti peluru dan pedang, dengan berbekal pistol PP7 atau Golden Eye, bom saku yang berbentuk
seperti plester, arloji yang bisa meretas sistem biometri, serta kacamata pintar
yang dibekali dengan layar di lensanya.
Siap.
Rencanaku kali ini adalah, aku masuk ke
dalam pesta dan menghabisi seluruh berandalan yang menjadi anggota dari Milanoa Cartel, dan menangkap Al Poso
karena ia terlibat perdagangan manusia dan penggelapan narkoba yang akan masuk
ke area Asia Pasifik.
Deru napas semakin kencang, tak seirama
dengan langkahku menuju salah satu gudang kontainer stasiun perbatasan Meksiko
– Amerika Serikat ini.
“Check Agam!” Mansis Berbisik.
“Check, Mansis” balasku sambil tetap
berjalan.
“tidak ada pengamanan khusus di depan pintu
masuk, tetapi ada sekitar 8-10 tukang pukul yang berjaga di dalam, berhati
hatilah!” Ucap
Aku melewati lorong panjang, dan sampai
di dekat pintu masuk gudang, bangunan ini nampak seperti bekas stasiun yang
sudah lama terbengkalai, lengkap dengan peron dan loket. Sarang burung walet
banyak tertempel di sudut – sudut dinding. Bangunan ini sudah banyak yang
hancur tetapi untuk perlintasan kereta api di belakang gudang ini masih
berfungsi.
Aku tiba di pintu kayu yang tinggi besar,
aku segera menekan tombol di arlojiku untuk meretas sistem keamanan biometri,
tak butuh waktu lama pintu dapat terbuka dan aku berhasil masuk.
Setidaknya ada 8 tukang pukul yang
berjaga, tanpa berpikir panjang aku menembakan pistolku yang sudah kuganti
amunisi nya dengan obat bius.
“bruggggkk!” satu persatu tukang pukul
berjatuhan..
bersambung..
No comments:
Post a Comment