Wednesday, November 13, 2019

Rivited Intelegent #1

Pukul tiga dini hari waktu Meksiko,
Waktu penyerangan hampir tiba, aku dan Mansis menunggui komando dari letnan Ponco  atas perintah penyerangan di salah satu gudang kontainer, stasiun kereta api di perbatasan Meksiko – Amerika Serikat.

Kami akan menyerang salah satu buronan di berbagai negara, yang melarikan diri ke daerah perbatasan Amerika Selatan, ini merupakan komando langsung dari RI (Rivited Intelegent) salah satu badan intelejen swasta dan independen dengan level kerahasiaan yang tinggi, tanpa kepentingan birokrasi yang menurunkan integritas organisasi mata mata pemerintah. Aku dan Mansis adalah agen dipilih untuk menangani kasus ini , penyelesai masalah dan penyergapan tingkat tinggi.

Aku memandangi Mansis, masih terlihat 15 menit lagi di arlojiku. Wajah wajah tegang terpancar dan mulai terlihat. Setelah briefing dan menentukkan cara terbaik aku dan Mansis tak banyak bicara. Tidak ada yang tertarik bicara dalam situasi seperti ini.

Suasana di dalam sedan hitam yang aku tunggangi dengan Mansis menjadi lengang, berbeda dengan seberang jalan yaitu markas dari kartel narkoba, yang sudah kami intai sejak lama.

Sangat ramai sekali, mereka seperti sedang melakukan pesta kedatangan El Pacho, ia adalah pemimpin dari Milanoa Cartel kartel narkoba terbesar yang menguasai perdagangan narkoba di seluruh Amerika Selatan. Al Poso terkenal sebagai bandit, perewa, dan bos kartel terkejam di Meksiko.

Melihat arlojiku waktu terlihat kurang dari 10 menit “Mansis.. aku akan bergegas!”

“ baik, Agam aku sudah menerima telepon dari letnan Don, dan semua kupastikan sudah dalam kendali, peralatan komunikasi, alat tempur, persenjataan otomatis, hingga rudal jarak jauh sudah siap digunakan” ucap rambang, dengan tegas.

“Baik aku akan masuk ke dalam, dan kau akan beraksi di sini. Aku percaya padamu Mansis, kau ahli dalam bidang ini. Kita akan bekerja sama dalam misi ini, ” ucapku sembari, bersiap – siap.

“Prontoo! Agam, Hancurkan dan habisi semua berandalan yang ada di dalam sana”

“Check, Agam!”
“Check, Mansis!”

Aku memakai setelan jas yang sudah dimutakhirkan anti peluru dan pedang, dengan berbekal pistol PP7 atau Golden Eye, bom saku yang berbentuk seperti plester, arloji yang bisa meretas sistem biometri, serta kacamata pintar yang dibekali dengan layar di lensanya.

Siap.

Rencanaku kali ini adalah, aku masuk ke dalam pesta dan menghabisi seluruh berandalan yang menjadi anggota dari Milanoa Cartel, dan menangkap Al Poso karena ia terlibat perdagangan manusia dan penggelapan narkoba yang akan masuk ke area Asia Pasifik.
Deru napas semakin kencang, tak seirama dengan langkahku menuju salah satu gudang kontainer stasiun perbatasan Meksiko – Amerika Serikat ini.

“Check Agam!” Mansis Berbisik.
“Check, Mansis” balasku sambil tetap berjalan.
“tidak ada pengamanan khusus di depan pintu masuk, tetapi ada sekitar 8-10 tukang pukul yang berjaga di dalam, berhati hatilah!” Ucap

Aku melewati lorong panjang, dan sampai di dekat pintu masuk gudang, bangunan ini nampak seperti bekas stasiun yang sudah lama terbengkalai, lengkap dengan peron dan loket. Sarang burung walet banyak tertempel di sudut – sudut dinding. Bangunan ini sudah banyak yang hancur tetapi untuk perlintasan kereta api di belakang gudang ini masih berfungsi.
Aku tiba di pintu kayu yang tinggi besar, aku segera menekan tombol di arlojiku untuk meretas sistem keamanan biometri, tak butuh waktu lama pintu dapat terbuka dan aku berhasil masuk.

Setidaknya ada 8 tukang pukul yang berjaga, tanpa berpikir panjang aku menembakan pistolku yang sudah kuganti amunisi nya dengan obat bius.
“bruggggkk!” satu persatu tukang pukul berjatuhan..




 bersambung..

No comments:

Post a Comment