Thursday, January 30, 2020

Analog di Era Digital


halo semua,
Ini upload an gue setelah tahun baru 2020, selamat tahun baru. Semoga di tahun yg baru ini segala target gue bisa tercapai, dan juga ngga lupa resolusi2 lo semua juga semoga bisa tercapai pada tahun ini.

Pernah gak sih lo semua nyobain barang antik?

“lu gila ya, ini tahun 2020 bro.. dan lu masih bergelut dengan barang kuno itu?”

“ngga lah, barang antik semua masih analog.. gak bisa serba instan”

Well, mungkin itu beberapa reaksi kalian semua setelah mendengar pertanyaan dari gue itu.. kalo menurut gue sih, sah2 aja sih make barang antik di tahun yg sudah mulai modern, mungkin karena gue merasa performa barang antik tersebut masih bisa berfungsi dengan baik dan bisa sedikit lebih baik daripada barang2 sekarang.

Oke.. ngomongin barang antik yg elo.. elo semua udah pada hindari karena berbagai alasan modernitas, gue disini bakalan bahas salah satu barang antik yg belakangan ini lagi booming banget di kalangan pecinta nya.

Apa barang tersebut?
{foto}

Yappps.. kamera analog atau kamera film,belakangan ini mulai banyak di gandrungi lagi. Setelah sekian lama dan sekian tahun kita beralih dan mulai meninggalkan si kamera jadul ini, entah kenapa di pertengahan hingga akhir 2019 kemarin banyak kolektor maupun pecinta fotografi utamanya kasmaran lagi sama si tua namun perkasa ini.

Analog mulai di buru, dulu hanya sebagai penghias sudut ruangan yg bertemakan retro atau vintage. Namun seiring berjalannya waktu, fungsi itu berubah dengan munculnya beberapa kumpulan komunitas yg tidak hanya memfungsikan kamera ini sebagai penghias namun sebagai alat untuk mengabadikan suatu momen.

Kamera diatas adalah kamera yg gue beli dari salah satu kolektor barang antik, dengan harga yg cukup bersahabat dengan kantong pelajar seperti saya. Untuk kamera yg berfungsi normal harga 150rb sudah cukup worth it.

Kamera tersebut adalah Ricoh F3 kamera Point n Shoot, jadi kamera ini termasuk kamera pocket. Untuk pengoperasiannya tak perlu atur2 shutter speed, fokus, maupun aperture melainkan tinggal jeprat jepret seperti namanya.

Kamera ini berbahan plastik ya,eittss.. tapi walaupun berbahan plastik, kamera ini sangat kokoh dan antep ketika dipegang.  Di balut dengan grip2 yg berbahan karet, membuat kamera ini tidak gampang lusut  ketika di gunakan.

Kamera ini juga dibekali flash internal, yg berfungsi ketika tombol  yg bergambar petir di sisi depan itu di buka lalu munculah flash medungul  dan membutuhkan waktu beberapa saat untuk mengisi flash. Oiye.. flash internal ini di tenagai oleh 2 baterai AA.

Nah ngebahas soal kamera analog, gak bisa lepas dengan yg dinamakan film/klise. Namanya aja kamera jadul, jaman dulu belum ada yg nama nya kartu memori atau layar untuk meninjau gambar.
Disinilah letak yg, membuat kamera yg satu ini menjadi unik namun estetik. Penggunaan rol film ini dirasa membuat kesan kuno dan jadul semakin melekat.
Untuk para pecinta nya, sebagian besar menikmati kamera ini karena prosesnya. Tak seperti kamera digital jaman sekarang yg sekalinya lo jepret lo lgsung bisa meninjau foto tersebut, dan bila tidak bagus atau dirasa kurang lo lgsung delete sesuka hati lo.
Tapi berbeda dg kamera ini, proses dari kamera analog ini seru2 tegang. Pasalnya dari awal menggunakan kamera analog ini kita juga dituntut untuk jg berfikir analog. Dan juga 1 rol film yg berisi hanya 36 film atau berarti 36 exposure, kita hanya bisa menjepret sebanyak 36 kali dalam 1 film.

Untuk itu, 1 jepretan/exposure disini dinilai sangat berharga. Kita harus bisa memilah dan memilih segala sesuatunya dengan matang sebelum memencet tombol shutter, agar film kita tak habis dengan sia2.

Proses yg lama dari hunting mencari komposisi gambar yg pas, lalu setelah 1 rol film habis kita harus menunggu film tersebut untuk di develop/dicuci, lalu kemudian dapat di scan.

Nah disinilah letak ketegangan dan membuat senam jantung, yaitu penantian hasil dari scan film kita.

Apakah film kita akan blank/kosong ? atau film kita terbakar?

Namun semua akan terbayar lunas dan tuntas bila hasil2 foto kita dapat sesuai dengan ekspetasi yg kita harapkan.

Ngomongin biaya mungkin untuk kantong pelajar akan sangat tersiksa, karena untuk bermain analog ini biayanya gak murah. Tapi bahasan untuk segala sesuatu yg berkaitan dengan biaya bakalan gue bahas mendetail di upload an selanjutnya. Salam bakar!!

Mungkin itu dulu yg dapat gue share kali ini.
I’il see you next time!
Asallamualaikum!

No comments:

Post a Comment