Sunday, April 19, 2020

...sepotong kenangan bersama bapak dan motor tua,






Entah sudah berpuluh-puluh ribu kilometer tertera di penghitung jarak sepeda motor itu, sudah tak terhitung. Yang jelas, pengukur jarak di motor itu sampai tak berfungsi.. tak kuat menghitung seberapa jauh motor itu melaju, mengelana.. membelah ratusan desa dan ribuan gapura di setiap tujuannya.

Ya.. motor Supra Fit Biru milik bapak, motor yang di beli 18 tahun yang lalu hari ini masih berfungsi dengan baik,

Kawan..
mari kuceritakan sebuah kisah tentang motor tua itu.. mengiringi aku dan mas-masku tumbuh dewasa.

Supra Fit-biru itu, bapak beli di tahun 2002, tahun yang sama saat aku pertama  menghirup udara segar di dunia ini.  Memang motor ini keluar diantara tahun 2002-2004 kalau tidak salah*CMIIW..
Motor ini mungkin melengkapi seri-seri sebelumnya yang belum sempurna mulai dari, Honda Astrea Supra (1997), Supra X (2000), Supra XX dan V (2002), dan ditahun yang sama keluarlah Supra Fit ini.

Motor ini menjadi motor seri fit pertama, memang sesuai namanya.. motor ini sangat ekonomis*mungkin ini alasan bapak beli motor ini.
Motor supra ini bukan motor yang pertama kali milik bapak, sebelumnya bapak pernah menjajal beberapa motor yaitu, Yamaha Rx-King, Honda C70, Honda 80.. dan hanya itu seingatku dan pernah disinggung oleh bapak dalam beberapa ceritanya, dan motor2 tersebut konon.. dijual oleh bapak karena beberapa alasan.

Motor ini memang bukan yang pertama di keluarga kami, tapi motor ini adalah motor yang paling lama dan paling setia mengabdi pada keluarga kami.. khususnya bapak.
Tanpa motor supra biru itu bapak tak bisa melaju kesana kemari bekerja.. ubet.. ulet..obah , karena.. motor itu selalu menemani bapak bekerja.. kemanapun bapak pergi tubuh bapak selalu menempel di jok busa motor itu.. selalu dengan motor tersebut *karena dulu motor itu satu2nya di keluarga kami,.

Bapak bekerja sebagai staff di kelurahan atau kantor desa.. dan juga part time sebagai kurir pengantar tagihan kartu halo.. ke rumah2 pelanggan ki-sel. Jaman dulu ketika orang2 masih menggunakan telepon kabel dan menggunakan layanan dari ki-sel, dan bapak adalah kurir tagihan prabayar ke rumah2 pelanggan di seluruh Jogjakarta.

Dari 2002 hingga 2011.. keluarga kami hanya menggunakan satu motor itu.. hebat bukan, setelah kupikir2 sekarang.. bagaimana bisa dulu kami melakukan semua mobilitas dan aktifitas itu  hanya dengan satu motor 100cc tersebut.. satu pelajaran yang ku dapat kawan pada saat itu yaitu,  

“perbanyaklah bersyukur hingga semua kesulitan tersebut terasa seperti kemudahan”

Yahhh, banyak bersyukur karena dulu kami memang nerimo.. dengan keadaan yang ada hingga, segala kesulitan tersbut terasa seperti kemudahan.

Dulu kemanapun saya pergi dibonceng bapak dengan motor tersebut.. sekolah, latihan badminton, les, dan masih banyak lagi. Membuat saya seolah selalu menempel pada jok belakang motor tersebut.

Dan hanya dengan motor tersebut.. bapak mencari nafkah, ketika menjadi kurir part time , mengantar ibu bekerja, mengantarku dan mas-masku sekolah, dan lain sebagainya.
Jika dijual motor tersebut tak semahal dahulu ketika dibeli
 *dulu bapak beli dengan harga 10juta.. terdengar murah di zaman sekarang namun, pada saat itu sudah lumayan.

Tapi,omzet atau ”hasil” dari motor tersebut saya yakin sudah bisa buat membeli beberapa mobil besar dengan pendingin dan atap yang dapat terbuka, tak ternilai..  Motor tersebut sudah mengabdi selama lebih dari 18 tahun dikeluarga kami.. bisa teman2 bayangkan, berapa hasil bekerja bapak dari dulu hingga sekarang yang didampingi oleh motor tersebut.
Tak ternilai.. sekali lagi,
Dengan hasil tersebut bapak bisa mensekolahkan ketiga anaknya, dan selalu memenuhi semua kebutuhan keluarga tanpa kurang sedikitpun.

Awalnya keluarga saya hanya memiliki satu motor tersebut hingga pada 2011 akhirnya bapak mendapat hibah motor dari seseorang.. Yamaha Rc100 dan membeli satu motor lagi bekas yaitu Honda Legenda 2, kedua motor tersebut untuk kedua mas saya.. untuk kuliah dan sekolah, karena kapasitas dari motor supra tak bisa menjangkau hal-hal tersebut, dan bapak memutuskan untuk menambah kendaraan di garasi.

Supra Fit-biru itu.. sekarang sudah sangat tua, tak terlihat lagi kegagahanya seperti pada waktu pertama kali turun dari mobil dealer pengangkut sepeda motor.

Tapi, masih berfungsi dengan baik hingga saat ini.. walau beberapa part memang harus diganti dan diperbaiki.. tp overall sih.. masih bisa buat kesana kemari.
Seringkali, ketika saya memakai motor tersebut untuk sekedar beli shampo atau beli saham aqua*wuaduhhhhhh... yahh.. untuk aktifitas kesana kemarilah. Tak ada rasa malu.. walau dengan motor butut, justru saya sangat bngga dengan motor tersebut.. si biru yg berjasa bagi keluarga kami.. berjuta kenangan pula ada di dalamnya.. dan tak ternilai hasil dari motor tersebut.

Mungkin, kelak jika saya sudah bekerja.. saya akan merawat motor tersebut, merestorasinya.. dan tak akan saya jual berapapun harganya.
Akan terus saya simpan agar terus bisa menikmati kenangan demi kenangan bersama motor tersebut serta kenangan bersama bapak.
dan, mungkin akan menjadi alasan saya kelak jika sudah di negeri orang.. untuk selalu berpulang dan ingat ke kampung halaman.. bermandikan kenangan bersama motor tua itu dan di bonceng bapak kesana kemari..

Motor supra itu kini, tak digunakan seprimer dulu.. kini tugasnya sudah digantikan dengan tiga motor baru miliku dan mas2ku..
Dan mungkin sudah waktunya motor itu kini pensiun.. dari tugas beratnya menemani perjalanan bapak njajah ndeso milang kori..

Motor tua dengan deru mesin agak besar dan kunci yang senantiasa cemanthel.. di tubuh si motor,
Yang seringkali membuat aku rindu akan masa2 itu.. masa sulit.. masa perjuangan, meraih asa.. menggapai cita.. ditemani si-biru..


Terlintas dalam pikiran saya begitu besar jasa motor tersebut hingga saat ini masih setia, tahun demi tahun sampai saat ini, menemani bapak dan keluarga saya, si biru yang masih nyaman dikendarai walau sudah sangat tua. Yang sederhana, apa adanya dan selalu membekas dalam benak saya..









No comments:

Post a Comment