Sunday, March 8, 2020

Rivited Intelegent #2


“Prontoo! Agam, sekarang setelah melewati 2 kontainer kau harus berbelok ke kanan, lalu ikuti saja hingga kau melihat ada empat tukang pukul disana, lalu naiklah sekitar 2 lantai” jelas Mansis dengan nada kegirangan.
Mansis meretas sistem cctv yang masih berfungsi di bangunan ini sehingga ia bisa tau bagaimana kondisi ruangan ini.

“Check Mansis, diterima!” Balasku..

Aku makin meringsek ke dalam, gudang kontainer. Suasana ketegangan dapat ku rasakan ibarat memasuki sebuah kandang macan. Aku hanya seorang diri dan entah akan menghadapi berapa puluh tukang pukul dibawah komando Al Poso.

Tetapi sebelumnya aku harus memasang bomb yang mempunyai daya ledak 2 kali ledakan Granat. Dan pemicunya ada di arlojiku, suasana disini tertutup oleh awan ketegangan. Aku menyeka peluh di keningku,

“Check, Agam! Aku akan memulai rencana. Kau gunakan Night Vision dari kacamata dan isi seluruh amunisimu. Aku akan mematikkan seluruh sistem listrik yang beroperasi di gudang itu, waktumu hanya sedikit Agam..” Terang Mansis, terhenti sejenak..

“Check, Mansis! Baik akan ku maksimalkan dalam satu kali penyerangan dan tak ku sia-sia kan kesempatan sekecil apapun!” Bisikku sembari, mengisi seluruh amunisi dan mulai menghidupkan Night Vision.

“Pronto! Agam. Baik, waktumu hanya 5 menit, dalam pesta di saat gelap nanti, dan 8 menit sebelum unit secret service Amerika Serikat melintasi perbatasan!” Pungkas Mansis.
Waktu tak banyak, aku mengendap endap di antara tumpukkan kontainer bekas yang penuh coretan. Kulihat empat tukang pukul sedang berjaga di depan.
“settttt!” lampu mulai padam. Dengan sigap aku menghidupkan Night Vision-ku, di kacamata ku.

Lorong menuju ruangan, gelap. Hanya menyisakkan cahaya rembulan meksiko yang menembus pada sela sela atap malam itu. Suasana berubah semakin mencekam, terdengar suara teriakan gaduh anggota Al Poso. Puluhan tukang pukul seperti berhamburan keluar dari ruangan.
Sigap aku berlari dari satu kontainer ke kontainer lain menuju target. Ku mulai dengan menembakkan satu,dua,tiga, dan empat sekaligus dalam sekali tempo tembakkan dapat ku atasi dengan mudah. Empat tembakkan akurat menembus jantung.
             
            Kuatasi dengan sempurna, lalu aku naik menuju lantai dua gedung ini. Lantai dua ini berbentuk seperti ruangan luas atnpa sekat namun ada satu ruangan yang ada di lantai dua ini. Antara tangga dan ruangan tersebut tertutup oleh pintu besi.

            Di kegelapan, suasana gudang yang tadinya ramai, berubah menjadi kesunyian yang dalam. Seolah smua tukang pukul sudah tau dengan penyerangan ini.
Aku mencoba membuka pintu dengan ku tembak dengan pistol.

Tak butuh waktu lama, pintu besi sudah terbuka. Aku meringsek ke dalam gedung, ada puluhan tukang pukul yang berhamburan keluar. Aku meraih senapan otomatis yang ku ambil dari tukang pukul yg tewas, aku mulai menembaki mereka dengan berlindung di belakang salah satu meja kasino lantai dua gedung.

Mereka buta dengan kegelapan, mereka menyambutku dengan senapan tangan, sepuluh tukang pukul berhasil kuhabisi. Berlari kesana kemari berlindung lalu menembak. Dua puluh tukang pukul terkapar.
Sejauh ini aku berhasil mengatasi tukang pukul tersebut, jumlah mereka banyak tetapi tidak berguna, mereka hanya tukang pukul kelas rendah, menembak sepuluh kali, sepuluh-sepuluhnya meleset ditambah dengan keadaan mabuk. Dengan cepat mereka terdesak meringsek ke salah satu sudut ruangan.

Setengah jalan aku menghabisi tukang pukul Al Poso, sudah dekat Al Poso, sepertinya misi ini akan berakhir mudah, entah bagaimana caranya.

Kulemparkan bom asap yang ku bawa, membuat mereka semakin buta arah. Dan masih ku hujani mereka dengan serentetan tembakan, sepuluh tukang pukul terkapar. Lalu ku mulai meringsek masuk dan mereka semakin terdesak.
Semua tukang pukul berhasil kuatasi, tetapi aku tak menemukan sosok Al Poso

“ Check, Agam! Unit Secret Service AS, hampir melewati perbatasan cepat keluar, mereka tertarik dengan ini, kejahatan, narkoba, jelas ini merupakan spesialisasi mereka!”

Aku masih belum memutuskan.

Misi yang kuyakini akan dengan mudah. Tak berpikir panjang aku dengan cepat mencari info tentang El Pacho, informasi sekecil apapun akan berguna di keadaan seperti ini, aku mulai menyisir di bagian komputer dan meja kerja Al Poso. Aku berhasil menemukkan Hard Disk dan beberapa berkas penting berupa daftar orang orang Al Poso diseluruh dunia.

Terdengar beriringan suara jip hitam USS Amerika Serikat memasuki area gudang. Kulihat dari jendela yang sudah pecah dari lantai dua gedung ini. Petugas mulai memasuki gedung ini.Dengan sekejap mereka sudah meringsek hampir di lantai satu gedung.
           
Aku teringat akan bom yang sudah kupasang dibawah gedung.

“Check! Mansis, situasi disini sangat sulit.. mereka semakin dekat dan aku masih berkelindan di ruangan bedebah ini”

“situasiku pun sama, mereka mulai curiga dengan mobil tua ini, aku harus segera berpindah. Akan ku matikan alat komunikasi ini. Sebelum mereka dapat meretasnya.. akan ku temui kau di sisi selatan perbatasan, gunakan gps di arlojimu untuk melacak jejakku” Ucap Mansis.

Aku mengangguk, dan mecoba mengendalikkan diri situasi ku dan Mansis sama sama sulit. Tidak boleh gegabah di situasi seperti ini. Kepala ku terus berputar berpikir, seolah mencari sebuah jawaban.

Deru angin melewati celah jendela terbuka, ku pikir itulah jalan satu – satunya untuk ku bisa melarikan diri. Sesaat sebelum para agen USS tadi berhasil sampai di ujung ruangan ini, aku melompat keluar ke bagian belakang gedung, tubuhku jatuh di udara. Lalu mendarat dengan sempurna di atas salah satu kontainer. 

Satu detik bebarengan dengan, hujan peluru, satu dua peluru mendesing mengenai tubuh kontainer, dekat sekali dengan kepala ku. Aku lalu melompat berlari mengikuti rel kereta menuju perbatasan sisi selatan meksiko. Sembari meledakkan bom di gedung tadi dari arlojiku.

BOOM!!!
           
Satu dentuman keras terdengar, disusul berguguran seperti tembok yang hancur. Juga seruan seruan, mengaduh kesakitan.
           
            Ku terus berlari sebelum banyak USS dan pihak keamanan setempat yang memenuhi area ini. Kulihat pada layar hitam arlojiku menunjukan Mansis berhenti di salah satu Gas Station di sisi selatan perbatasan Meksiko.

            Aku dan Mansis terpaut tiga kilometer, hingga aku keluar dari jalur rel menuju jalan lintas perbatasan. Mobil ambulance, dan petugas keamanan setempat beriringan, melesat menuju tempat tadi.
           
            Hingga aku sampai dan masuk masuk ke dalam sedan hitam bersama Mansis. Lalu melesat cepat menyusuri jalan lintas perbatasan Meksiko. Sambil kuberikan lembaran kertas dan hard disk tadi kepada Mansis. Dengan sigap rambang membuka dan meneliti satu persatu file yang ada, dan itu merupakkan barang bukti yang sangat otentik.

****

No comments:

Post a Comment