Selamat malam semuanya,
*cek instastory
*scroll...
*scroll..
*tap.. tap..
*scroll..
*balik ke home.
Rutinitas jari2 kecil kita tiap waktu, rutinitas mata
melihat sesuatu yang baru. Tiap waktu, tiap hari, tanpa mengenal satuan waktu
apapun. Sudah menjadi habit di otak
kita, kegatelan jari2 kita dan mata kita terus mencari dan mencari sesuatu namun
hanya sebuah bias dan hampa. Tiap waktu sekali waktu kosong sedikit saja, otak
kita mendorong untuk membuka smartphone lalu
membuka aplikasi itu.
Instagram, aplikasi
berbasis foto dan video. Di dalamnya kita dapat mengunggah foto/video kita juga
dapat melihat foto dan video dari teman lainnya. Salah satu social media
terbesar dan menjadi trend dewasa ini. Semua berlomba2 mempunyai instagram dan
memposting foto sesuatu tentang diri sendiri, mulai dari cuplikan video
kegiatan harian, foto moment2 penting, foto2 makanan, dll.
Yang sebenarnya hanya untuk pelepas dahaga kebatinan
saja. Jika ditanya secara spesifik untuk apa bermain instagram,
kemungkinan jawabanya kurang mengena dan tidak rasional. Hanya kesenangan hampa
dan palsu. Lalu semuanya terbuai dalam bias tersebut hingga seseorang menjadi
tidak produktif.
Kalian pasti pernah, semisal sedang mengerjakan sesuatu lalu
tangan atau pikiran ini gatal untuk membuka handphone
kalian yang ditaruh disamping atau disaku, umumnya karena notifikasi pesan masuk
lalu layar menyala dan kalian menengoknya. Setelah, menyelesaikan urusan pesan
singkat tersebut, pikiran dan tangan kalian pasti gatal dan tertuju pada sebuah
aplikasi, bisa instagram, bisa lainnya— kalau saya sih seringnya instagram.
Lalu malah asyik dg tampilan dan sajian2 di dalamnya, lupa dg pekerjaan yg
sedang dikerjakan dan menundanya. Sering sekali.
Atau,
Mengisi waktu kosong seperti menunggu antrean, menanti bus, diam
dirumah tak ada kerjaan atau istilah jaman sekarang gabut dg hanya scroll instagram tanpa henti dan dalam
waktu lama. Padahal kalian bisa habiskan waktu tersebut dg hal2 yg produktif. Seperti,
membaca buku,menulis, ngobrol dg orang disekitar kita, menikmati waktu,
bercengkrama dg keluarga. Tanpa harus menengok hal2 yg dikira penting dalam
aplikasi tersebut padahal hanya sesuatu yg biasa saja.
Kehidupan menjadi terhenti sejenak, menuruti nafsu mata dan
tangan. Padahal bisa saja kita tidak membuka aplikasi tersebut dan melanjutkan
hidup. Menyelesaikan pekerjaan yg ada tanpa adanya keterikatan dg hal2 yg semu.
Sulit untuk mengurangi hal tersebut yg sudah masuk menjadi habit, satu2nya cara yaitu menghentikan
kebiasaan tersebut, dg menghapus aplikasinya.
Kemarin setelah melihat video psikologi dari chanel youtubenya Mat D'Avella tentang "I quit social media for 30 days" saya mencoba menerapkanya dalam kehidupan saya, agar menjadi pribadi yang lebih produktif. Mencoba perlahan2 dg menghapus Instagram
dari halaman depan ponsel saya*tanpa ragu2.
Pertama2 pasti akan muncul berbagai
pertanyaan dan penolakan, tapi lakukanlah dg spontan jgn hiraukan
perasaan anda.
“ehh, tapi kalo gue
kelewatan sesuatu gimana?”
Pertanyaan yg menurut saya umum muncul saat pertama tama. Memang, anda akan terasa kelewatan banyak hal tapi
sebenarnya itu palsu dan semu. Anda tidak terlewatkan banyak hal. Anda hanya terlambat
mengetahui, dan itu tidak salah. Perasaan itu akan muncul dan terasa sangat
menyiksa, tapi yakinlah bahwa sebenarnya tidak ada yg salah, hanya gejolak pada
hal yang semu saja.
Tak ada alasan yang kuat untuk terus bermain instagram kecuali untuk bekerja, dan tidak ada salahnya untuk berhenti dari instagram.
Setelah itu anda akan akan terbebas dari banyak hal, waktu
yg lebih dapat dimanfaatkan menjadi hal produktif lainnya. Anda mulai tidak
hedon dan konsumtif karena lapar mata anda sudah diputus.
Anda bisa lebih
menjadi diri anda sendiri, terbebas dari segala tekanan dan pengaruh social
media, dari teman2 anda yg mengunggah hal seru, atau barang2 mewah yang membuat
dompet menipis.
Setelah menyelesaikan pesan singkat dg kolega, anda bisa
langsung melanjutkan apa yg sedang anda kerjakan atau menjalani hari di dunia
nyata tanpa adanya pengaruh social media lainnya.
Mungkin ini menjadi langkah awal saya juga, mengurangi
social media yg semakin lama semakin tidak karuan. Tak jelas arahnya kemana. Berisi
toxic dan berita palsu. Menjadi produktif dan lebih kreatif hidup dg dunia
nyata, menghidupkan nilai2 dan kembali menjadi manusia sosial sepenuhnya.
thx, and see you next time!
thx, and see you next time!
No comments:
Post a Comment