Tuesday, May 12, 2020

pagi ini terasa beda..

Pagi ini terasa beda..
ketika membuka mata, suara adzan subuh mengalun dari seluruh penjuru, disetiap desa-desa membuat semuanya tampak hidup. Irama dan harmoni alam dimulai.
Tapi, ak hanya mendengarkan adzan itu saja, dan hanya sekedar menikmati alunan nyanyian sorga itu. Beranjak dari pebaringan memulai kehidupan pagi, tapi ada rasa yg mengganjal dihati. Tak ada iqamah, tak ada shalat subuh berjamaah. Aku hanya berjalan gontai menuju padasan berwudlu, sejenak dan mulai bersimpuh tak berdaya padanya.

Pagi ini terasa beda..
dini hari menjelang, lengang.. sangat lengang. bahkan suara dari radius berpuluh kilometer terdengar jelas. Hingar bingar kota riuh rendah di rumah saya, yg berada di perbatasan kota. Bulan dan kemerlap-kerlip bintang dibungkus oleh awan putih tipis. Terasa sunyi, wingit, dan nglangut. semua dirumah, tak ada yang berani keluar, layaknya pemberlakuan jam malam pada orde baru. Sepi dan nglangut

Pagi ini terasa beda..
Bila bulan Romadhon disambut dengan gembira dan penuh sukacita, lahir dan batin. Lahir dan batin menjadi penikmatnya, berpuluh2 tahun menjadi penikmat galombang-gelombang tuhan. Tapi kali ini  batin tak bisa bersanding dengan lahir . Hanya lahir yg menikmati amalan2 penuh pundhi2 pahala itu. ember2 besar disiapkan untuk menampung pundhi pahala. Batin tak merasakan, ia hanya bias, semu, samar-samar. Melihat sandiwara alam semesta, gugup tak bisa berkata-kata, bingung dibuatnya.

Pagi ini terasa beda..
Hanya dirumah masjid2 kosong tak berpenghuni. Hunian tuhan itu kini kesepian. bila romadhon tiba lantainya menjadi kasur paling empuk, ruangannya berpendingin yg bekerja maksimal. tetua, muda dan juga anak2 tersenyum lebar2 dan berbahagia.

Pagi ini terasa beda..
Pagi dihari2 romadhon, yang biasanya diisi oleh binar-binar cahaya dan gelombang2 kosmik ajaib, yg membuat para jamaah berdecak kagum.Tapi romadhon tahun kali ini tak kutemui hal tersebut. Pagi hanya pergantian jam kerja matahari dan bulan saja tak lebih, tak bermakna. Semua di dalam rumah masing2, tak ada perayaan2 indah. Hanya ngungun dan nglangut.

Pagi ini terasa beda..
hanya dimulai dengan rutinitas romadhon yg tak sama. Kubuka mata dg hidangan  sahur tersiap di meja, siap santap. Memulai pagi, dg adzan mengalun. Shubuh dan metamorfosa matahari berjalan tak bermakna. Hari-hari kosong, puasa hanya di beranda. Berlalu saja berlari tanpa ada yg tersisa. Sampai pada rembang petang, puasa berakhir ditandai maghrib, semua bersuka cita, berbuka dg takzim. Beranjak malam, tarawih mulai ditegakkan dirumah2, dan begitulah rutinitasnya.. memang beda, tapi begitu realitanya. sedikit paradoks dan tak rasional, tapi lagi2 semua telah dibantai habis oleh keadaan. Sandiwara semesta, sandiwara di langit. diatas bumi duka dibawah langit derita..

No comments:

Post a Comment