Kini jaraku
denganya terpaut 540 Km, bertahun-tahun kupenuhi hari-hari penuh dengan
kesibukan dinas di salah satu bagian kreatif di salah satu stasiun tv swasta.
Setelah mendarat di Bandara Soekarno Hatta, setiap langkahku adalah percobaan
untuk melupakanmu, meniadakanmu dalam benakku.
“ehh win, tolong kerjain proposal buat lusa ya? Tolong
banget,” pinta Mahesa, menyodorkan data-data proposal.
“em.. tapi ini udah jam balik, aku kerjain besok aja
ya?”
“tolong banget pokoknya, mau njemput mamaku nih. Katanya
mau nyusulin ke Jakarta, sekalian mau kenalan sama Elisha. Tolong banget ya,
soalnya besok harus di preview ”
“ciee.. ciee, yg mau tunangan. ya deh, tak kerjain
malam ini juga. Tapi besok traktir makan yah.. lagi bokek nih”
“urusan gituan, santai aja. Makanya win buruan cari
pacar, biar ada ygdikenalin sama BoNyok” ledek Mahesa,
“bangke, ujung-ujungnya kesitu..” balasku,
melihat-lihat data yang dibawa Mahesa.
“Makanya bro.. Move on dong! Cewe ga cuma Astrid bukan berarti kamu bakal
ngejomblo selamanya kan?”ujarnya,
“nih kopi, esspreso kesukaanmu..” tanganya menyodorkan segelas kopi panas.
“iya.. aku udah nyoba, ke beberapa gadis Jakarta.
Mereka emang pada ngedeket sama aku tapi, aku kaya udah ga ada rasa lagi sama
cewe” menyeruput kopi espreso panas itu.
“Oke.. Nggak ada
rasa lagi sama cewek, ya? Udah nyoba daftar fitness belum lo?”
“Ha? Maksudnya?” aku
menatap Mahesa bingung.
“Coba daftar
fitness, lalu dateng ke tempat gym. Lo perhatiin deh mas-mas kekar di sana,
lirik-lirik dah tu ampe mampus” Mahesa menepuk pundakku sambil tertawa puas.
“Ngaco! Nggak ada
rasa lagi sama cewek, maksudnya belum ada yang bisa nggantiin posisi dia,
gaada.”
“kamu emangnya udah berapa lama hubungan sama dia
dulu?”
“tiga tahun, setelah lulus SMA aku dan dia daftar
kuliah di jurusan yang sama. Waktu itu belum dekat, hanya sebatas menyapa. Tapi
mulai tahun kedua kuliah, aku sering ada event atau kaya acara gitu di kampus,
dari situ aku mulai kenal dia dan mulai deket”
“tiga tahun kamu deket? Dan kamu nggak nyatain
perasaan kamu?”
“udah. Beberapa kali, gak ada jawaban.” Tatapanku
kosong, mengenang masa itu. “terakhir kali aku nanya ke dia, dia gak jawab.
Padahal aku udah mau berangkat kesini.”
“abis itu kamu, kontakan lagi sama dia?”
“enggak.” Jawabku pendek.
“nah, coba deh. Kamu hubungin dia lagi, dapetin
hatinya lagi. Mungkin dulu dia emang ngga mau ngerusak rasa yang ada antara
kamu dan dia, dia pengen kamu sama dia yaudah, gitu aja. Tanpa ikatan hanya
komitmen satu sama lain.” ujar Mahesa, menunjuk dada sebelah kiriku
Pikiranku kacau terbayang-bayang lagi olehnya, Jantungku bergetar hebat, keringat dingin mulai
menyeruak, dan aku pun menelan ludah. Aku hanya terdiam. Dengan layar komputer dan
pendingin ruangan bekerja maksimal. Langit-langit kantor menjadi lengang.
“coba, deh kamu hubunginlagi. Tata lagi hatimu biar sampe ke hatinya lagi.
Siapa tau dia juga masih menyimpan semua itu untukmu seorang, hanya masalah waktu.”
Pungkasnya beranjak dari duduknya. “oke, udahlah sesi hati ke hatinya sore ini.
Aku mau cabut dulu ya, tolong ya itu proposalnya. Mamaku udah mendarat 5 menit
yang lalu”
“ohh.. oke, oke.. makasih ya Hes” menyeruput kopi tadi dan menaruhnya di
samping komputer kantor
“oke, gue duluan ya win. Makasih..” Mahesa berkata sambil bergegas menuju
lift.
Sesaat setelah itu aku berjalan menuju balkon gedung berkaca dijalan
protokol itu, kopi espreso masih kugenggam sesekali kuminum. Memandangi jalanan
sore ibukota rembang petang di metropolitan,padat dan berpendar-pendar lampu
jalanan mulai menyala otomatis.
Kunyalakan sebatang rokok untuk menemani kopi sore ini. Berjalan sendiri di
celah kenangan, kenangan-kenangan bersamamu. Disudut kota Jogja , disetiap
event yang terselenggara, keributan kecil karena kau tak kebagian es krim di
malioboro. Semua terlintas jelas, tetapi mulai meredup tenggelam, seperti
matahari di ujung timur itu.
=====
Bersambung..
No comments:
Post a Comment