Tuesday, April 28, 2020

selamat pagi nona..

       Petir menggelegar dan serentetan kilat menyambar-nyambar, hujan ubahnya seperti air laut yag ditumpahkan.Kopi espresso yang kupesan sejam lalu nampak tinggal ampasnya saja, tak lama hujan mereda menyisakan ricis-gerimis, membasahi jalanan dan bangunan kota membuatnya berkilauan berbinar terkena air hujan. Cafe itu terletak dijalan utama.

       Aku melihat keluar cafe Italia itu, halte didepan nampak penuh dan berjejal orang menunggu bis atau sekedar meneduh menunggu hujan benar-benar reda. Kulihat kau berdiri diantara kerumunan itu , berbalut blazer abu-abu, celana hitam dan syal hitam melingkar dilehermu.

       Aku bergegas keluar di pintu cafe, seraya mengatupkan kedua tangan agar membentuk corong di sekitar mulut, aku berteriak sekeras-kerasnya: “Eeeeeenzy!”

       Lalu bayangan tubuhku berusaha bersembunyi di belakang pekatnya mendung sore, jatuh bagai tetesan air mengenai dahan-dahan.

       Kau membalasnya dengan anggukan manja, dan ku isyaratkan kau untuk menunggu kedatanganku. Kubuka payung hitam hadiah sabun cuci piring itu, melangkahkan kaki keluar cafe berjalan dibawah tetesan gerimis dan menyebrang jalan protokol kota.
       
       “Hujan,” katamu sambil tersenyum

       “ya, nona dan kau tampak kedinginan jadi mari bergegas kuantar kau pulang”

       Kau berdiri disampingku dibawah naungan payung hitamku, aku mulai merasa tak waras, badanku panas dingin tak karuan, jantung mulai memompa lebih kencang.
Kau dan aku mulai berjalan di sepanjang trotoar, kau berceloteh apa saja,tak jarang kau tertawa kecil mendengar gurauanku. Aku masih memperhatikanmu, segala tingkahmu, dan menikmati bentuk keindahan tuhan yang dititiskan padamu. Kau begitu berkarisma dan terlihat menerimaku dengan sukacita.

       Setelah melewati dua blok lagi, lalu belok kiri. Perjalanan ini terasa sangat singkat, tak terasa. Di trotoar kota ini tiba-tiba kau menggenggam tanganku, yang sontak membuat mukaku merah padam, dan kau seolah seperti biasa saja. Untuk pertama kalinya kau menggenggam tanganku begitu erat.

       “sore yang dingin, ya. Apa kau mau mampir sebentar ke rumahku, untuk minum teh” katamu lembut

       “boleh, lagipula kopi esspreso tadi hanya menghangatkanku sewaktu di Cafe. Dijalan, menghangatkan badan hanya perlu melihatmu, selepas ini jika berpisah denganmu aku akan kedinginan. Maka minum teh dirumahmu itu ide bagus, bisa menghangatkanku untuk berjam-jam kedepan”

       “baiklah, kau takkan kubiarkan memandangiku agar kau kedinginan” balasmu, disambut dengan tawa renyahmu

        Di ujung jalan nampak pagar rumahmu. Payung sudah ditutup hujan  sore telah reda, menyisakan cahaya temaram senja diujung barat.

       “apa boleh aku duduk disini?, sofamu nampak seperti cheesecake

       “ohh tentu, kau boleh duduk dimanapun kau suka” balasmu sambil nyengir

        “baiklah”

       “tunggu sebentar, aku akan ganti baju dan menyiapkan teh untuk kita berdua” katamu, menaiki tangga ke kamarmu

       “dengan senang hati, aku akan menunggu nona cantik!” sahutku, memandangi perapian rumahmu

Tak lama berselang, kau datang membawa dua cangkir earl grey tea dan duduk bersebelahan denganku memandangi perapian.

       “apakah aku boleh memegang tanganmu lagi?”

       “tak boleh, kau harus membayarnya di kantor pajak, yang pelayannya nyonya tua berkacamata kecil”

       “tentu saja aku akan membayar..”

       “ohh ya, kau pasti akan kena omelnya karena terlambat dan jatuh tempo”

       “Kita pergi ke sana berdua. Setelah itu kita bisa berjalan-jalan di pinggir sungai dan dermaga, dan kau tak bisa menolak” kataku, sembari memegang perlahan tangan halusnya

       “kita bisa berjalan-jalan ke Rue Vielle du, dan menikmati senja di Place du Trocadero”

       “Boleh. Kita bisa jalan kemana pun kita mau dan berhenti di salah satu kedai kopi di mana kita tidak kenal siapa-siapa dan tak ada orang yang mengenal kita juga; lalu menikmati secangkir kopi”

       “atau beberapa cangkir”

       “setelah itu kita bisa makan di tempat lain”

       “jangan, kita harus menggunakan uang itu untuk membayar pajak ini” katanya, senyum dan menunjukkan tangannya yang tergenggam erat

       “Kalau gitu kita pulang setelah minum kopi dan makan di rumah, ditemani sebotol anggur murah dari kantor koperasi di seberang jalan. Setelah itu kita bisa membaca buku-buku yang baru saja kupinjam, lalu pergi tidur dan bercinta.”

      “dan kita akan saling mencintai untuk selamanya”

      “selamanyaaaa.. ya ,selamanyaaa..” kau lalu mendekatkan bibir merahmuda itu ke bibirku...
                                                                           
                                                                        
                                                                            ***

..dan aku tersentak , terbangun dengan bibir dipenuhi air liur. Fotomu masih terpampang jelas di dinding kamarku dan aku terbangun dari lelap. Kulihat jam masih pukul tiga dini hari, kantuk masih di pelupuk mata.

“Selamat pagi nona," kataku. "semoga harimu menyenangkan..” kulontarkan kata itu, sambil tersenyum melirik fotomu.

       Kulanjutkan tidurku dan berharap bertemu lagi denganmu lagi di mimpi, itu satu-satunya caraku untuk bisa mencintaimu karena aku takkan sampai hati untuk  menyentuhmu. Nona,



                                                                            ===


             
       
                                                                                                                              Bersambung..
    



No comments:

Post a Comment