halo,
semuanya..
Berawal dari
kesepakatan saya dan beberapa pengurus inti Remaja Masjid, kami memutuskan
untuk berlibur dan berpetualang dg menaiki gunung,,
yeahh.. tapi
kalo dibilang sih bukan gunung, tapi lebih ke dataran yg tinggi dan bisa buat ngecamp*ngemeng
opo too,,
rencana awal
saya konsul dulu ke mas Nico, tentang bagaimana nanti teknisnya membawa
rombongan peralatannya, barang apa saja yg dibawa hingga tanggal
keberangkatannya.
Setelah
sekitar satu bulan persiapan. Sehari sebelum keberangkatan, saya dan teman2
mendapat pembekalan dari mas nico, dan penjelasan ttg bagaimana nanti ketika di
gunung.
Kami berangkat rombongan sekitar 20an orang,,
berangkat dari kampung tercinta, tanah kelahiran saya Tegalkenongo sebuah
dusun, yg asri nan anggun di Kabupaten Bantul sisi paling utara.
Pukul 7 pagi, matahari mulai cerah. Secercah cahaya kuning
mulai meringsek ke lubang bangunan masjid tempat kami berkumpul.
Satu jam
menunggu.. dan matahari mulai meninggi, yg tadinya mau berangkat jam 8.. setengah
jam lagi menunggu–emang budaya ngaret udah menjadi DNA warga kampung,
Jam 9 doa bersama dipimpin oleh rekan saya.. Mas Nico, ketua
pemuda kampung yg juga hobi naik gunung sih, hampir purna dan ngebet nikah.
Berdoa selesai. Berangkat!
Satu jam kemudian kami sudah memasuki kota magelang,
perbatasan antara Yogyakarta dan provinsi Jawa Tengah. Kami berhenti sejenak,
untuk menunggu rekan kami yg juga akan mendampingi kami menaiki Gunung Andong
via Taruna Jaya Giri Sawit. Menunggu lagi, 5 menit kemudian Mas yufi datang
membawa carier besar 100Lt. Perjalanan dilanjutkan.
Hawa dingin mulai terasa, jalanan mulai menanjak, mulai
memasuki area dataran tinggi Grabag. 2 jam perjalanan tak terasa. Hingga
matahari sudah diatas kepala. Adzan berkumandang, kami menghentikan perjalanan
di masjid untuk shalat. Sekaligus untuk mempacking peralatan yg akan dibawa.
Shalat beres.
Jam 1 siang, kami tiba di pasar dan memutuskan untuk membeli
makanan untuk makan siang. Karena sarapan tadi pagi sudah habis di perjalanan.
Lanjut..
Pukul setengah 2, kami sampai ke bascamp Gunung Andong via
Taruna Jaya Giri Sawit, dan langsung memarkirkan motor. Istirahat sejenak,
sembari makan siang.
Registrasi, sudah diurus mas Nico dan kami serombongan hanya
patungan setelah itung2an dana per@ buat trip ini.
Basecamp – pos 1
Jam 14.00 kami mulai start treking, pendakian dimulai. Masih
terdengar kelakar dan gelak tawa dari temen2 , sewaktu menaiki beberapa anak
tangga yg mulai naik dan naik.. dan meninggi setinggi gengsi lo.
Tawa mulai
habis, suara mulai hilang walau di keramaian. Saya lihat teman2 saya mulai
membuka mulut tapi tak bersuara, wuaduw.. karakteristik trek gunung Andong
adalah tidak banyak yang landai, dan kebanyakan berisi anak tangga yg di setiap
pijakan perbedaan jaraknya lumayan jauh.
14.30 kami
sampai di pos 1 dg speed damai.
Pos 1 - pos 2
Dari pos 1 ke pos 2, semakin menanjak.. pijakan anak tangga
semakin lebar. Kecerahan langit mulai hilang, berganti dengan mendung. Perasaan
saya mulai nggak enak soal cuaca, “ini kayaknya bakalan ujan deres” dan bener, lepas dari pos 1 ujan yg tadinya
hanya seperti tetesan air mata di mata dia, berubah kayak di guyur aer pas lagi
tidur. Bressss..
Kami serombongan langsung tergopoh2, mencari jas hujan
plastik 5000an warna warni. Tak lama kami pakai, hujan malah reda.. hanya angin
yg kencang dan menerbangkan butiran air. Kali ini saya merasakkan betul di
kerjain oleh alam. Badan udah tertutup dengan jas hujan plastik, dan saya udah
males buat nyopot..
Ke Pos 2 kami tempuh selama 1jam.
Pos 2 – pos 3
Jarak dari pos 2 ke pos 3 sekitar se-jam an dg speed santai.
Jalanan becek, licin dan anak tangga yg semakin lebar. Membuat langkah
rombongan sangat hati2.
Benar saja, lepas dari pos 2 hujan rintik2 mengiringi
langkah kecil rombongan. Jas hujan yg sudah menempel di tubuh tak perlu dipakai
ulang. Wajah2 lesu dan tak bersemangat tampak pada raut teman2 rombongan.
Pos 3 – puncak
Setelah 1 jam
perjalanan, basah. Sampai tak terasa sudah sampai ke pos 3 yg hanya gubug kecil
dan sudah dipadati beberapa pendaki yg berteduh. Kami hanya melaluinya begitu
saja, hingga bertemu dengan mata air, disana kami mengisi air yg dan di
wadahkan di wadah yg sudah dibawa sejak dari basecamp. Perjalanan dari pos 3 sampai
puncak, hanya sekitar 30menit-an. Lalu lalang pendaki lain yg menyalip ke atas
maupun turun sudah mulai berseliweran, Gunung Andong, mulai dipadati pendaki,
ramai.
Hujan terus turun, sampai ke puncak deras.. sederas cintaku
padanya. Fungsi jas hujan sudah tidak maksimal, angin kencang kesana kemari tak
karuan.. jalanan sudah mulai melumpur, sampai di puncak dan badai.
Terasa air mulai memasuki badan dan merembes ke sempak,
ahh.. hal ini yg paling mistis saat kehujanan di gunung. Saat dinginnya air
hujan gunung bertemu dengan biji lo.
Jam 5 kami sampai puncak,
Di puncak ada warung, saya taruh barang2 dan tas di warung
tersebut. Cewe2 berteduh, sementara kami rombongan cowo membangun tenda
ditengah badai, tak hanya 1 tenda ini, ada 6 tenda yg harus kita berdirikan.
Saya udah nggak peduli perihal air hujan, walau pedih dan membuat meredupnya
biji gue. Saya tahan. Angin kencang bikin kesel, satu persatu tenda mulai
berdiri, patok2 mulai terpasang, tersusun rapi barisan tenda rombongan kami. Yg
ngediriinnya butuh perjuangan di bawah badai.
Tak lama semua tenda telah berdiri sempurna, dan badai mulai mereda. Sunset gunung andong
pun merebak, semburat merah garis alam
di ujung barat, di naungi beberapa gunung besar pulau jawa. Sunset gunung Andong
memang tak terkalahkan.
*
Sunset yg indah, ada yg foto2 ada yg masak masak, ada juga
yg langsung masuk ke tenda untuk ganti baju. Baju yg sudah basah menjadi dingin
sekali, ketika diterpa oleh angin sore itu.
Saya ditenda ber-3 bersama wahyu dan bang ifran, pemuda2
paruh baya yg umurnya terpaut tidak jauh dari saya. Rombongan lain di 5 tenda
lainnya yg berbanjar di depan tenda saya.Makanan sudah jadi, waktunya makan..
makan sore dan juga makan malam, nggak pernah salah emang ngajak cewe buat
petualangan.. makan selalu enak dan terjamin. Malam tiba.
Setelah waktu maghrib, saya shalat dan sekaligus sahalat
isya. Lalu ngopi dan menikmati malam di gunung andong yg sudah mulai dipadati oleh tenda pendaki
laiin. Memang malam minggu menjadi waktu yg pas buat menghabiskan waktu
weekend, sekedar untuk melepas penat dan menjauh dari hiruk pikuk kota. Waktu
di gunung terasa cepat, rasa capek menuntut semua anggota badan untuk tidur,
dinginnya cuaca faktor plus tidur nyenyak malam itu.
Ditengah2 tidur, saya teringat bahwa ada beberapa 2 rombongan rekan yg ingin menyusul.
Rombongan pertama datang tepat pukul 19.30. lalu rombongan kedua datang tengah
malam pukul 2 dini hari. Saya terpaksa harus bangun dan mencarikan space kosong
untuk di dirikan tenda, karena saat itu seluruh permukaan tanah landai sudah
penuh dg tenda. Space tersebut terpaut agak jauh dari tenda rombongan, tapi tak
apa.
kegabutan malam di atas, gunung |
Saya nggak bisa tidur sampai jam 3 pagi, saya memilih
menikmati ketenangan malam di gunung ngopi sisa kopi tadi
sore. Sendiri, jauh dari tenda. kopi udah abis, mata mulai merem melek. Gue tidur.
Paginya.. saya setenda mau niatin buat liat sunrise, tapi
apa daya. Kalo kata bang dzawin bangun pagi di gunung itu adalah hal yg fana.
Cahaya temaram di ujung timur, matahari mulai terlihat.. secerca cahaya pagi. Sajian alam nan elok.
Cahaya temaram di ujung timur, matahari mulai terlihat.. secerca cahaya pagi. Sajian alam nan elok.
sunrise dari andong, emang gaib.. gak ada obat. |
“cok,
tangi.. wis sunrise” makiku kepada teman setenda
“sik.. turu,
sik..” lanturan teman setenda, sambil benerin posisi SB
“yauwis, cok
turu neh aku tak metu” saya keluar lalu melihat matahari sudah mulai meninggi.
Semua orang
dari puluhan tenda keluar, lebih seperti pasar di atas gunung. Ramai sekali.
Setelah puas
foto2 dan makan, kami beres2 dan turun. Sekitar jam 10 pagi kami sampai di
basecamp lagi.
Lalu melanjutkan
perjalanan, pulang. Dan sampai rumah dg selamat tepat setelah ashar
berkumandang.
nb: kalian nggak usah takut kelaperan di puncak, udah ada warung yg siaga dan buka di atas sana. udah mirip ke alfamart sih, tapi dengan sajian ala carte yaitu gorengan yg entah kenapa selalu hangat,
nb: kalian nggak usah takut kelaperan di puncak, udah ada warung yg siaga dan buka di atas sana. udah mirip ke alfamart sih, tapi dengan sajian ala carte yaitu gorengan yg entah kenapa selalu hangat,
oke mungkin, itu cerita yg bisa gue share ke kalian.. hari ini.
semoga terhibur, selama #dirumahaja
i'il see you next time,
asalamuallaikum.
No comments:
Post a Comment